ABU Nawas kok malah kegirangan saat enggak dikasih jabatan tinggi oleh Baginda Raja? Aneh banget! Ini cerita lengkapnya, lucu lho!
Bermula ketika suatu hari Raja mengadakan rapat dengan para menterinya. Dia meminta pendapat terkait Abu Nawas yang hendak diangkat menjadi qadhi atau hakim.
"Apa pendapat kalian mengenai Abu Nawas yang hendak kuangkat sebagai qadhi?" tanya Raja kepada menterinya, dikutip dari nu.or.id.
Baca juga: Abu Nawas Obati Pangeran yang Sakit Parah Cuma Pakai Cerita, Sakti Banget
Wazir atau perdana menteri berkata, "Melihat keadaan Abu Nawas yang semakin parah otaknya, maka sebaiknya Tuanku mengangkat orang lain saja menjadi qadhi."
Pasalnya, Wazir beberapa kali mendapati tingkah laku tidak waras dari Abu Nawas. Menteri-menteri yang lain juga mengutarakan pendapat sama.
Baca juga: Abu Nawas Ditantang Hitung Jumlah Bulu Domba, Jawabannya Bikin Takjub Banget!
"Tuanku, Abu Nawas telah menjadi gila, karena itu dia tak layak menjadi Qadhi," ungkap para menteri tersebut.
"Baiklah, kita tunggu dulu sampai 21 hari, karena bapaknya baru saja wafat. Jika tidak sembuh-sembuh juga, bolehlah kita mencari qadhi yang lain saja," ucap Raja.
Setelah lewat 1 bulan, Abu Nawas masih dianggap gila, maka Raja Harun Ar-Rasyid mengangkat orang lain menjadi qadhi atau hakim atau penghulu Kerajaan Baghdad.
Konon dalam suatu pertemuan besar, ada seseorang bernama Halan yang sejak lama berambisi menjadi qadhi. Halan memengaruhi orang-orang di sekitar Raja untuk menyetujui ia diangkat menjadi qadhi.
Baca juga: Gara-Gara BAB di Kali, Abu Nawas Divonis Hukuman Mati, Apes Banget!
Baca juga: Abu Nawas Punya Trik Unik Selesaikan Ibu-Ibu Rebutan Bayi, Raja pun Melongo
Sehingga ketika Halan mengajukan diri menjadi qadhi, mudah saja Raja menyetujuinya. Begitu mendengar Halan diangkat menjadi qadhi, Abu Nawas mengucapkan syukur kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.
"Alhamdulillah. Aku telah terlepas dari bala’ yang mengerikan. Tapi, sayang sekali kenapa harus Halan yang menjadi qadhi, kenapa tidak yang lain saja," pungkas Abu Nawas mengucap syukur sekaligus penyesalan.
Allahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)