MAJELIS Ulama Indonesia (MUI) membentuk tim gabungan terkait viral dugaan salam Yahudi di Pondok Pesantren Al Zaytun Indramayu. Tim gabungan itu terdiri dari Komisi Fatwa dan Komisi Pengkajian.
Diketahui bahwa Ponpes Al Zaytun kembali viral di media sosial usai diduga menyanyikan salam ala Yahudi. Sebelumnya beberapa waktu lalu, di sana juga viral karena shaf sholat id yang campur antara laki-laki dan wanita.
Ketua MUI Bidang Fatwa KH Asrorun Niam Sholeh menyatakan MUI merespons kasus ini dengan membentuk tim gabungan antara Komisi Fatwa dan Komisi Pengkajian.
Tim gabungan tersebut akan mendalami Ponpes Al Zaytun dan laporan aliran lain. Respons itu juga muncul karena adanya masukan dari Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin.
"MUI membentuk tim gabungan antara Komisi Fatwa dan Komisi Pengkajian untuk mendalami kasus ini dan beberapa kasus kegamaan lainnya. Tim ini juga sebagai tindak lanjut penelitian MUI 2002 lalu," jelas Kiai Niam, Jumat 12 Mei 2025, dikutip dari mui.or.id.Â
Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran
Follow Berita Okezone di Google News
Ia menjelaskan, selain menetapkan fatwa ekonomi syariah dan halal, MUI juga menetapkan fatwa keagamaan. Selain itu, MUI juga kerap mengeluarkan fatwa mengenai aliran sesat.
Dalam menetapkan aliran sesat ini, lanjut dia, MUI melalui proses panjang. Sebelum tiba di Komisi Fatwa, MUI mendalaminya melalui penelitian oleh Komisi Penelitian, Pengkajian, dan Pengembangan.
Tentang Ponpes Al Zaytun misalnya, papar Kiai Niam, MUI sudah pernah melakukan kajian mendalam pada 2002. Saat itu salah satu anggota tim, KH Aminuddin Yakub, menyampaikan bahwa Ponpes Al Zaytun memiliki beberapa aspek yang dinilai menyimpang.
Salah satu yang masih mengganjal dalam kajian 2002 tersebut adalah kurikulum di Ponpes Al Zaytun. Dia menyebut ada kurikulum yang disembunyikan dan tidak disampaikan secara terbuka.
Bahkan, kata dia, ada informasi perbedaan kurikulum antara santri yang masuk melalui jalur terbuka (penerimaan santri baru) dengan santri direkrut secara tertutup seperti anggota keluarga.
Salah satu tujuan pendalaman Ponpes Al Zaytun ini, imbuh Kiai Niam, untuk meredam potensi kegaduhan menjelang tahun politik. Terlebih lagi dua polemik Ponpes Al Zaytun terbaru ini muncul kurang dari setahun sebelum pemilihan umum pada 14 Februari 2024.
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.