Sholat Gaib, Rasulullah Pernah Melakukan untuk Seorang Sahabat

JAKARTA - Sholat gaib, sebagai kaum Muslimin mungkin sudah ada yang memahami amalan ini. Namun ada baik amaliyah ini dapat dijelaskan juga di sini.

Sudah dimaklumi bahwa pada asalnya sholat jenazah dilakukan pada jenazah yang ada dihadapan imam dan jamaah yang akan men-sholat-kan.Sementara jenazah diletakkan di hadapan imam dan jamaah.

Baca Juga: Sholat Jumat Online, Jangan Mengkreasikan Ibadah Tanpa Tuntunan

Namun bagaimana mensholatkan jenazah, sementara imam dan jamaah tak dihadapkan pada jenazah tersebut.

Nah dari sinilah muncul istilah shalat ghaib yaitu mensholatkan jenazah atau mayit yang tidak ada di hadapan jamaah, namun dengan tata cara yang sama dengan tata cara sholat jenazah.

Baca Juga: Viral Presiden Erdogan Sholat di Penitipan Sandal, Netizen: Masya Allah Pemimpin Idaman

Ustaz Kholid Syamhudi Lc mengatakan, ada beberapa riwayat dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjelaskan bahwa Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukannya terhadap beberapa sahabat yang wafat jauh dari kota Madinah dan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak bisa menyaksikan kematian dan penguburannya.

Para sahabat tersebut Radhiyallahu anhum berjumlah empat orang seperti disampaikan banyak riwayat, yaitu: an-Najasyi Raja Habasyah, Mu’awiyah bin Mu’awiyah al-Laitsi atau al-Muzani, Zaid bin Haritsah dan Ja’far bin Abi Thalib Radhiyallahu anhum.

Riwayat-riwayat ini ada yang shahih dan ada yang lemah. Riwayat yang shahih hanya pada kisah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan sholat ghaib pada an-Najasyi, selain itu, riwayatnya lemah sekali.

Dikutip dari laman Almahaj pada Jumat (5/3/2021) disebutkan sehingga Imam adz-Dzahabi rahimahullah menyatakan pada biografi an-Najasyi, “Dia wafat di masa hidup Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan sholat ghaib atasnya bersama para Sahabat Radhiyallahu anhum dan tidak benar Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan sholat ghaib pada selainnya. [Siyar A’lam Nubala` 1/428-429]. 

(Vitrianda Hilba Siregar)