Al Amin marah sekali mendengar cemooh Abu Nawas tersebut. Ia lalu menyuruh seorang pasukan istana menangkap dan memasukkan Abu Nawas ke penjara.
Selama beberapa hari Abu Nawas tidak pernah muncul di istana, sehingga Raja merasa rindu. Belakangan Raja mendengar kabar bahwa Abu Nawas dimasukkan ke penjara oleh Al Amin.
la kemudian mengajak putranya itu ke penjara untuk menjenguk Abu Nawas. "Kenapa kamu memenjarakannya?" tanya Raja.
Al Amin kemudian menceritakan semuanya. "Yang sangat menyakitkan, ia telah berani mencemooh syair karyaku, ayahanda," kata Al Amin.
Baca juga: Abu Nawas Sanggupi Perintah Ambil Mahkota Surga, tapi Syaratnya Bikin Raja Pusing
"Tentu saja karena memang karya syairmu jelek," balas Raja.
"Dia itu kan memang seorang penyair hebat. Jadi bisa menilai mana karya syair yang bagus dan yang tidak bagus. Lagi pula apa yang ia katakan itu jangan kamu anggap sebagai ejekan, melainkan sebuah kritikan yang harus kamu terima dengan lapang dada," lanjut Raja menasihati.
"Baik. Kalau begitu, beri lagi aku kesempatan waktu untuk memperbaiki karya syairku," kata Al Amin sambil beranjak pergi.
Untuk kedua kalinya Al Amin pergi ke tempat yang sepi untuk mengasah pikiran dan mendalami ilmu sastra supaya bisa menulis syair yang benar-benar bagus, tidak seperti sebelumnya.
Beberapa pekan kemudian ia sudah pulang ke istana. Besoknya pagi-pagi sekali Raja, Abu Nawas, dan beberapa penyair sudah berada di istana. Rupanya pertemuan itu sudah diatur oleh Permaisuri. Beliau ingin mereka mendengarkan syair karya putranya yang baru saja pulang mendalami ilmu sastra.
"Dengarkan karya syair putraku Al Amin," kata Permaisuri.
"Baik, silakan," sahut Abu Nawas.
Al Amin pun mulai membaca syair karyanya:
"Hai binatang yang duduk bersimpuh.
Rasanya tidak ada yang setolol kamu.
Kamu seperti hidangan kinafah.
Yang diolesi dengan minyak biji hardal dan minyak sapi yang kental.
Seperti warna seekor kuda belang."
Baca juga: Abu Nawas Lebih Hebat dari Jin Ifrit, Istana Raja Bisa Dipindah ke Atas Gunung
Begitu selesai mendengar syair tersebut, Abu Nawas langsung bangkit dan hendak berlalu dari tempatnya. "Ke mana kamu, Abu Nawas?" tanya Raja.
"Saya lebih suka balik ke penjara saja daripada mendengar syair macam ini. Toh, sebentar lagi putra Anda ini pasti akan menyuruh polisi membawaku ke sana," jawab Abu Nawas.
Raja tertawa terpingkal-pingkal rnendengar jawaban Abu Nawas. Sementara Permaisuri hanya bisa duduk bengong. Kini ia sadar dan yakin putranya Al Amin memang tidak pandai membuat syair.
Wallahu a'lam bishawab.
(Hantoro)