Tata Cara Puasa Syawal, Bolehkah Tidak Berurutan?

Hantoro, Jurnalis
Rabu 04 Mei 2022 13:13 WIB
Ilustrasi tata cara puasa Syawal. (Foto: Freepik)
Share :

TATA cara puasa Syawal secara umum sama dengan puasa Ramadan. Adapun keutamaan puasa Syawal sangat besar, yakni seperti menjalankan puasa selama satu tahun penuh.

Dirangkum dari Muslim.or.id, Ustadz Yulian Purnama S.Kom menerangkan tentang puasa Syawal, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

من صام رمضان ثم أتبعه ستا من شوال كان كصيام الدهر

"Barang siapa yang puasa Ramadan lalu mengikutinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka ia mendapat pahala puasa setahun penuh." (HR Muslim nomor 1164)

Baca juga: Hadis Puasa Syawal Beserta Keutamaannya yang Luar Biasa Besar 

Dalam riwayat lain:

جعل اللهُ الحسنةَ بعشر أمثالِها ، فشهرٌ بعشرةِ أشهرٍ ، وصيامُ ستَّةِ أيامٍ بعد الفطرِ تمامُ السَّنةِ

"Allah menjadikan satu kebaikan bernilai sepuluh kali lipatnya, maka puasa sebulan senilai dengan puasa sepuluh bulan. Ditambah puasa enam hari setelah Idul Fitri membuatnya sempurna satu tahun." (HR Ibnu Majah nomor 1402, dinilai sahih oleh Syekh Al Albani dalam kitab Shahih Ibnu Majah nomor 1402 dan Shahih At-Targhib nomor 1007)

Adapun tata cara puasa Syawal adalah sebagai berikut:

1. Boleh niat puasa setelah terbit fajar

Telah diketahui bersama bahwa disyaratkan menghadirkan niat pada malam hari sebelum puasa, yaitu sebelum terbit fajar. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

من لم يبيِّتِ الصِّيامَ قبلَ الفَجرِ، فلا صيامَ لَهُ

"Barang siapa yang tidak menghadirkan niat puasa di malam hari sebelum terbit fajar, maka tidak ada puasa baginya." (HR An-Nasa'i nomor 2331, dinilai sahih oleh Syekh Al Albani dalam kitab Shahih An-Nasa'i)

Namun para ulama menjelaskan bahwa ini berlaku untuk puasa wajib. Adapun puasa nafilah (sunah) maka boleh menghadirkan niat setelah terbit fajar. Sebab, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan hal tersebut. Sebagaimana dalam hadis Aisyah radhiyallahu ‘anha:

قال لي رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ ، ذاتَ يومٍ

يا عائشةُ ! هل عندكم شيٌء ؟

قالت فقلتُ : يا رسولَ اللهِ ! ما عندنا شيٌء

قال فإني صائمٌ

"Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadaku pada suatu hari: 'Wahai Aisyah, apakah engkau memiliki sesuatu (untuk dimakan pagi ini?).' Aku menjawab: 'Wahai Rasulullah, kita tidak memiliki sesuatupun (untuk dimakan).' Beliau lalu bersabda: 'Kalau begitu aku akan puasa'." (HR Muslim nomor 1154)

Imam An-Nawawi mengatakan:

وَفِيهِ دَلِيلٌ لِمَذْهَبِ الْجُمْهُورِ أَنَّ صَوْمَ النَّافِلَةِ يَجُوزُ بِنِيَّةٍ فِي النَّهَارِ قَبْلَ زَوَالِ الشَّمْسِ

"Hadis ini merupakan dalil bagi jumhur ulama bahwa dalam puasa sunah boleh menghadirkan niat di siang hari sebelum zawal (matahari mulai bergeser dari tegak lurus)." (Syarah Shahih Muslim, 8/35)

Baca juga: Jadwal Sholat Hari Ini Rabu 4 Mei 2022M/3 Syawal 1443H 

2. Tidak harus berurutan

Tidak sebagaimana puasa Ramadan, puasa Syawal tidak disyaratkan harus berurutan (mutatabi’ah) dalam pelaksanaannya. Boleh dilakukan secara terpisah-pisah (mutafarriqah) harinya. Syekh Abdul Aziz bin Baz menjelaskan:

صيام ست من شوال سنة ثابتة عن رسول الله – صلى الله عليه وسلم – ويجوز صيامها متتابعة ومتفرقة ؛ لأن الرسول – صلى الله عليه وسلم – أطلق صيامها ولم يذكر تتابعاً ولا تفريقاً ، حيث قال – صلى الله عليه وسلم

من صام رمضان ثم أتبعه ستاً من شوال كان كصيام الدهر

أخرجه الإمام مسلم في صحيحه

"Puasa enam hari di bulan Syawal telah sahih dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan boleh mengerjakannya secara mutatabi’ah (berurutan) atau mutafarriqah (terpisah-pisah). Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan puasa Syawal secara mutlaq (baca: tanpa sifat-sifat tambahan) dan tidak disebutkan harus berurutan atau harus terpisah-pisah. Beliau bersabda: ‘Barangsiapa yang puasa Ramadan lalu diikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawal, ia mendapatkan pahala puasa setahun penuh'." (HR Muslim dalam Shahihnya) (Majmu’ Fatawa wa Maqalah Mutanawwi’ah, 15/391)

3. Boleh membatalkan puasa dengan atau tanpa udzur

Dibolehkan membatalkan puasa nafilah (sunah) baik karena suatu udzur syar'i maupun tanpa udzur. Berdasarkan hadis Aisyah radhiallahu’anha:

دخل علي النبي صلى الله عليه وسلم ذات يوم فقال : هل عندكم شيء ؟ فقلنا : لا ، قال : فإني إذن صائم ، ثم أتانا يوما آخر فقلنا : يا رسول الله أهدي لنا حيس ، فقال أرينيه فلقد أصبحت صائما ، فأكل

"Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam suatu hari masuk ke rumah dan bertanya: 'Wahai Aisyah, apakah engkau memiliki sesuatu (untuk dimakan)?' Aisyah menjawab: 'Tidak.' Beliau bersabda: 'Kalau begitu aku akan berpuasa.' Kemudian di lain hari beliau datang kepadaku, lalu aku katakan kepada beliau: 'Wahai Rasulullah, ada yang memberi kita hadiah berupa hayis (sejenis makanan dari kurma).' Nabi bersabda: 'Kalau begitu tunjukkan kepadaku, padahal tadi aku berpuasa.' Lalu Nabi memakannya." (HR Muslim nomor 1154)

Juga berdasarkan hadis dari Ummu Hani’ radhiyallahu ‘anha, beliau bertanya:

لقدْ أفطرتُ وكنتُ صائمةً فقال لها أكنتِ تقضينَ شيئًا قالتْ لا قالَ فلا يضرُّكِ إنْ كانَ تطوعًا

"Wahai Rasulullah, aku baru saja membatalkan puasa sedangkan tadi aku berpuasa, bolehkah? Nabi bertanya: 'Apakah itu puasa qadha?' Aku menjawab: 'Bukan.' Nabi bersabda: 'Jika demikian maka tidak mengapa, yaitu jika puasa tersebut puasa tathawwu’ (sunah)'." (HR Abu Dawud nomor 2456, dinilai sahih oleh Syekh Al Albani dalam kitab Shahih Abu Dawud)

Syekh Abdul Aziz bin Baz menjelaskan:

إذا كان الصوم نافلة فله أن يفطر، ليس بلازم، له الفطر مطلقاً، لكن الأفضل ألا يفطر إلا لأسباب شرعية: مثل شدة الحر، مثل ضيف نزل به، مثل جماعة لزَّموا عليه أن يحضر زواج أو غيره يجبرهم بذلك فلا بأس

"Jika puasa tersebut adalah puasa sunah, maka boleh membatalkannya, tidak wajib menyempurnakannya. Ia boleh membatalkannya secara mutlak. Namun yang lebih utama adalah tidak membatalkannya kecuali karena sebab yang syar'i, semisal karena panas yang terik, atau badan yang lemas, atau ada orang yang mengundang ke pernikahan, atau hal-hal yang memaksa untuk membatalkan puasa lainnya, maka tidak mengapa." (Sumber: www.binbaz.org.sa/noor/11778)

4. Bagi wanita hendaknya meminta izin kepada suaminya

Bila seorang wanita ingin mengerjakan puasa sunah, termasuk puasa Syawal, maka wajib meminta izin kepada suaminya terlebih dahulu atau ia mengetahui bahwa suaminya mengizinkan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لا يحِلُّ للمرأةِ أن تصومَ وزَوجُها شاهِدٌ إلَّا بإذنِه، ولا تأذَنْ في بيته إلا بإذنِه

"Tidak halal bagi seorang wanita untuk berpuasa sedangkan suaminya hadir (tidak sedang safar) kecuali dengan seizinnya. Dan tidak halal seorang wanita membiarkan orang lain masuk kecuali dengan seizin suaminya." (HR Bukhari nomor 5195)

Puasa yang dimaksud dalam hadis ini adalah puasa sunah, sebagaimana dijelaskan dalam riwayat lain, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لا تصومُ المرأةُ وبعلُها شاهدٌ إلا بإذنِه غيرَ رمضانَ ولا تأذنْ في بيتِه وهو شاهدٌ إلا بإذنِه

"Tidak boleh seorang wanita berpuasa sedangkan suaminya hadir (tidak sedang safar) kecuali dengan seizinnya, jika puasa tersebut selain puasa Ramadan. Dan tidak boleh seorang wanita membiarkan orang lain masuk kecuali dengan seizin suaminya." (HR Abu Dawud nomor 2458, dinilai sahih oleh Syekh Al Albani dalam kitab Sunan Abu Dawud)

Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan:

قَوْلُهُ شَاهِدٌ أَيْ حَاضِرٌ قَوْلُهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْنِي فِي غَيْرِ صِيَامِ أَيَّامِ رَمَضَانَ وَكَذَا فِي غَيْرِ رَمَضَانَ مِنَ الْوَاجِبِ إِذَا تَضَيَّقَ الْوَقْتُ

"Sabda beliau (sedangkan suaminya hadir) maksudnya sedang tidak safar. (Kecuali dengan seizinnya) maksudnya selain puasa Ramadan. Demikian juga berlaku pada puasa wajib selain puasa Ramadan jika waktunya sempit (maka tidak perlu izin, pent)."

Beliau juga mengatakan:

وَفِي الْحَدِيثِ أَنَّ حَقَّ الزَّوْجِ آكَدُ عَلَى الْمَرْأَةِ مِنَ التَّطَوُّعِ بِالْخَيْرِ لِأَنَّ حَقَّهُ وَاجِبٌ وَالْقِيَامُ بِالْوَاجِبِ مُقَدَّمٌ عَلَى الْقِيَامِ بِالتَّطَوُّعِ

"Dalam hadis ini terdapat dalil bahwa hak suami lebih ditekankan bagi wanita daripada ibadah sunah. Karena menunaikan hak suami itu wajib dan wajib mendahulukan yang wajib daripada yang sunah." (Fathul Baari, 9/296)

Wallahu a'lam bishawab.

(Hantoro)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya