Selama Gerakan Penerjemahan Abad Pertengahan, para sarjana sibuk menciptakan teori untuk bersanding dengan karya-karya polymath Yunani, Babylonia, dan India; memperkenalkan konsep-konsep ilmiah baru yang inovatif.
Al Khawarizmi muncul di era kebijaksanaan ilmiah yang besar, dibentuk dan dipengaruhi oleh Zaman Kejayaan Islam.
Ia banyak memajukan karya-karya antara polymath Yunani dan India. Persamaan aljabar karya Khawarizmi didasarkan pada system decimal yang dibuatnya dengan campuran huruf Arab dan India.
Dia kian mengembangkannya setelah mempelajari karya-karya astronom legendaris India, Bragmagupta.
Sebelumnya di Eropa lebih mengandalkan kepada penggunaan sistem numerik Romawi yang kompleks. Barulah setelahnya meniru sistem desimal 1–10, tepatnya lima abad kemudian yakni pada abad ke-15.
Dikutip dari laman TRT World, seorang profesor berdarah Lebanon-Amerika di Princeton dan Universitas Harvard bernama Phillip Khuri dalam bukunya 'The Arabs: A Short History' menggambarkan Al Khawarizmi sebagai salah satu ilmuan Islam terbesar dengan pemikiran matematikanya yang hingga kini sangat berpengaruh daripada siapa pun penulis abad pertengahan lainnya.
Selain aljabar, Al Khawarizmi turut mengembangkan dengan cepat tabel trigonometri secara detail termasuk fungsi sinus, yang setelahnya diekstrapolasi ke fungsi tangen oleh Maslama, seorang astronom muslim asal Arab.
Ia juga menyempurnakan representasi geometris dari bagian kerucut dan mengembangkan teori kalkulus dua kesalahan, yang kemudian membawanya ke konsep diferensiasi.