ABU Nawas bersama beberapa orang temannya sedang duduk bercerita. Setelah mengikuti Sholat Maghrib berjamaah, mereka bercerita tentang kehidupan keagamaan.
Kebetulan mereka menyinggung suatu masalah yang mengatakan bahwa orang buta atau tunanetra itu tidak berdosa karena pintu masuknya dosa tertutup baginya.
Alasannya karena matalah yang selalu melihat ke sana kemari yang dapat mendatangkan dosa. Akan tetapi, Abu Nawas tidak menyetujui pendapat tersebut dan berniat akan membuktikannya.
Keesokan harinya Abu Nawas berjalan-jalan dengan maksud untuk bertemu dengan orang buta. Dia ingin membuktikan pendapatnya bahwa orang buta pun dapat pula berbuat dosa.
Abu Nawas juga menyiapkan pundi-pundi dan mengisinya dengan uang ringgit. Tidak beberapa lama berjalan, ia benar-benar menemukan seorang tunanetra.
Abu Nawas memerhatikan gerak-gerik orang buta itu yang sedang berjalan dengan tongkatnya. Kemudian dia berpura-pura-pura menjadi orang buta sambil membawa tongkat dan sengaja menabrak orang buta itu.
"Aduh, sungguh malang nasibku sebagai orang buta ditabrak oleh orang yang tidak memiliki rasa belas kasihan," ujar Abu Nawas seperti dikutip dari kanal YouTube Tabassam Channel.
Orang buta itu heran mendengar keluhan orang yang ditabraknya. "Maaf, saya juga orang buta. Saya tidak dapat melihat dan hanya dapat berjalan dengan bantuan tongkat ini. Sekali lagi mohon maaf karena sungguh-sungguh saya tidak sengaja," ucap orang buta tersebut.
"Oh, engkau juga buta ya?" tanya Abu Nawas pura-pura tidak tahu.
"Iya, saya buta. Peganglah tongkatku ini. Orang buta pasti akan memakai tongkat untuk berjalan," jawab tunanetra tersebut.
Abu Nawas pun memegang tongkatnya. Begitu pula sebaliknya si buta juga meraba tongkat Abu Nawas untuk membuktikan bahwa mereka adalah sama orang buta.
"Kalau begitu, kita senasib. Saudara, bagaimana kalau kita mencari rezeki bersama-sama?" ajak Abu Nawas.
Orang buta itu pun menyetujui ajakan Abu Nawas. Mereka berjalan bersama-sama sebagai sesama orang buta.
Di tengah perjalanan, Abu Nawas berpura-pura mau pipis dan meminta tolong si buta agar pundi-pundinya yang penuh berisi uang dipegangkan dahulu dengan baik-baik.
Sementara Abu Nawas pura-pura pipis, ia terus memerhatikan tingkah laku si buta. Kemudian si buta meraba-raba pundi-pundi itu dan hatinya mulai tergoda untuk memiliki isinya.
"Wah pundi-pundi banyak sekali isinya. Lebih baik aku mengambilnya lalu pergi. Pasti ia tidak bisa mencariku karena ia juga buta," pikir si buta tersenyum.
Lalu ia meninggalkan Abu Nawas dan mencari tempat persembunyian agar tidak ditemukan. Dalam situasi demikian, Abu Nawas berpura-pura mencari si buta dan meminta pertolongan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.
"Ya Allah, malang benar nasib hamba. Tadi ditabrak orang, sekarang uang hamba dilarikan orang. Sial benar hamba. Ya Allah, semoga orang yang mengambil uang hamba terkena lemparan batu ini tepat pada tulang keringnya. Biar tahu rasa dia," ujar Abu Nawas.