ABU Nawas dikejar-kejar pasukan istana. Usut punya usut ternyata dia membuat Baginda Raja emosi. Kali ini akibat urusan jual beli budak.
Tidak tangung-tanggung, budak yang Abu Nawas jual adalah Baginda Raja. Seketika itu juga Raja langsung mengerahkan pasukan istana untuk menangkap Abu Nawas.
Saat itu Abu Nawas sedang tidak ada di rumah. Namun, mereka tetap berjaga di rumah Abu Nawas kalau-kalau dia pulang. Sampai pada akhirnya para pasukan menyerah karena Abu Nawas tidak kunjung balik ke rumah.
Setelah mengetahui para pasukan pulang ke istana, Abu Nawa balik rumahnya. Ia masuk ke rumah, mengambil air wudhu, lalu mendirikan sholat dua rakaat. Kemudian berpesan kepada istrinya apa yang harus dikatakan bila Raja datang.
Tidak berapa lama kemudian tetangga Abu Nawas geger, karena istri Abu Nawas menjerit-jerit. "Ada apa?" tanya tetangga Abu Nawas sambil tergopoh-gopoh, dikutip dari nu.or.id.
"Huuuuuu...suamiku meninggal...!"
"Hah? Abu Nawas mati?"
"Iyaaaa...!"
Kabar meninggalnya Abu Nawas tersebar ke seluruh pelosok kampung. Baginda Raja sangat terkejut. Kemarahan dan kegeraman Raja agak susut mengingat Abu Nawas adalah orang yang paling pintar, menyenangkan, dan menghibur dirinya.
Raja lalu bertanya kepada istri Abu Nawas, "Ada pesan terakhir dari Abu Nawas untukku?"
"Suami hamba, Abu Nawas, memohon agar Raja mengampuni semua kesalahannya dunia-akhirat di depan rakyat," kata istri Abu Nawas terbata-bata.
Jenazah Abu Nawas diusung ke atas keranda. Kemudian Raja mengumpulkan rakyatnya di tanah lapang. Beliau berkata, "Wahai rakyatku, dengarkanlah bahwa hari ini aku. Raja Harun al Rasyid telah memaafkan segala kesalahan Abu Nawas yang telah diperbuat terhadap diriku dari dunia hingga akhirat. Kalianlah sebagai saksinya."
"Alhamdulillah," terdengar suara Abu Nawas dari dalam keranda sambil bangun terduduk.
Orang-orang yang berkumpul di tanah lapang kampung seketika lari tunggang langgang mengetahui jenazah Abu Nawas hidup lagi. Wallahu a'lam.
(Hantoro)