Cerita Lucu Abu Nawas Mendadak Jadi Hakim Bikin Pedagang Curang Ketakutan

Hantoro, Jurnalis
Minggu 21 Juli 2024 06:21 WIB
Ilustrasi cerita lucu Abu Nawas jadi hakim dadakan. (Foto: YouTube Humor Sufi Official)
Share :

ABU Nawas mendengar ada seorang pedagang di Kota Baghdad yang terkenal jujur dan baik hati. Semua pembeli yang datang, ia layani dengan sangat ramah.

Barang-barang dagangan yang dijual pedagang tersebut dibanderol dengan harga yang terjangkau, karena ia hanya mengambil sedikit untung. Hal inilah yang membuat dia makin disukai dan dicintai oleh banyak orang.

Di depan toko milik dia berjualan, ada toko seseorang yang memiliki barang jualan sama persis seperti dirinya. Di samping berjualan, pedagang itu berprofesi pula sebagai rentenir. Dikenal juga sebagai orang yang kejam dan tidak kenal ampun, sehingga banyak orang yang membencinya.

Selain itu, pedagang tersebut mematok harga yang sangat tinggi untuk barang jualannya dan sering kali terlihat memaksa para pembeli. Wajar jika tokonya sepi dan tidak laku.

Tetapi karena dia juga menjadi rentenir, tokonya sering didatangi orang-orang untuk berutang. Dia berani memberi pinjaman berapa pun, tapi dengan syarat bunga yang sangat tinggi. Bila telat membayar, rumah si peminjam akan diambil.

Sifat kejam itu menjadikan dirinya kaya raya. Hal ini tentu membuat orang-orang makin benci kepadanya, karena sifat-sifatnya tersebut.

Suatu hari pedagang sebelumnya yang baik hati membutuhkan modal untuk memperbesar usahanya. Ia pun mendatangi si pedagang kejam untuk meminjam uang. 

Si pedagang kejam yang sudah lama memendam rasa benci menggunakan kesempatan ini untuk berbuat jahat. Dia tidak meminta rumah sebagai jaminan, tetapi meminta yang di luar nalar.

"Aku bersedia meminjamkan uang kepadamu, tapi kau harus mengembalikannya dua kali lipat. Apabila kau tidak mengembalikan tepat waktu, aku berhak memotong daging bagian mana saja di tubuhmu seberat 1 kilogram," kata si pedagang kejam seperti dilansir kanal YouTube Humor Sufi Official.

Mendengar syarat yang diminta si pedagang kejam, pedagang baik hati pun merasa terkejut dan heran. "Kenapa harus daging tubuhku? Bukankah kau biasanya meminta rumah untuk dijadikan jaminannya?" tanya si pedagang baik hati.

"Kalau kau tidak mau, ya sudah tidak usah. Aku juga tidak memaksamu," balas si pedagang kejam dengan ketus.

Dikarenakan sedang membutuhkan uang, si pedagang baik hati itu akhirnya menerima syarat berat tersebut. Adapun surat perjanjian dipegang oleh si pedagang kejam.

Beberapa bulan kemudian nasib nahas menghampiri si pedagang baik hati. Ia mengalami kebangkrutan, barang dagangannya banyak yang tidak laku.

Lalu hari yang ditentukan untuk mengembalikan uang kepada si pedagang kejam pun tiba. Si pedagang baik hati pun tidak mampu membayarnya.

"Sesuai perjanjian, kau harus memberiku 1 kilogram daging bagian mana saja dari tubuhmu yang aku inginkan," ujar si pedagang jahat.

"Bagaimana kalau masalah ini kita selesaikan di pengadilan, karena permintaanmu tidak wajar," usul si pedagang baik hati.

Si pedagang kejam pun menyetujui. Berangkatlah mereka berdua ke Tuan Hakim. Di depan Tuan Hakim, si pedagang jahat menyerahkan surat perjanjian yang telah disepakati mereka berdua.

"Tuan Hakim, hamba meminta hak hamba sesuai perjanjian, tetapi dia enggan mematuhinya," kata si pedagang kejam mengadu.

"Lalu, daging bagian mana yang kau inginkan?" tanya Tuan Hakim.

"Hama menginginkan daging bagian lehernya," jawab si pedagang jahat. 

Tentu saja keinginan si pedagang bengis itu membuat terkejut. Sebab dalam pemikiran Tuan Hakim, si pedagang kejam sama saja ingin membunuh pedagang baik tersebut.

Tetapi kalau Tuan Hakim menolak, maka dirinya akan dianggap tidak adil, karena ada bukti surat perjanjian di antara keduanya.

Lantaran bingung, Tuan Hakim sengaja menunda-nunda perkara ini sampai berhari-hari. Hingga setiap hari, si pedagang jahat mendatangi Tuan Hakim untuk menuntaskan perkara ini.

Kasus pun sampai telinga masyarakat dan menjadi bahan pembicaraan mereka. Kasus ini juga terdengar oleh Abu Nawas. Sosok cerdas dan humoris itu pun segera mendatangi Tuan Hakim.

"Tuan Hakim, perlihatkan surat perjanjian itu kepadaku," pinta Abu Nawas.

Setelah menerimanya, sejenak Abu Nawas terdiam. Tidak beberapa lama, ia pun mendapat jalan keluarnya.

"Tuan Hakim, hamba akan membantu Anda menyelesaikan kasus ini. Sekarang panggil kedua orang itu," kata Abu Nawas.

Singkat cerita, datanglah si pedagang yang baik hati dan pedagang kejam ke pengadilan. Abu Nawas lalu bertanya kepada si pedagang baik hati, "Apakah sewaktu menulis surat perjanjian kau setuju bahwa si pedagang jahat memotong 1 kg daging di bagian mana saja dari tubuhmu yang diinginkannya?"

"Iya, Tuan Abu Nawas," jawab si pedagang yang baik hati.

"Lalu apa yang kau harapkan dari kasus ini?" tanya Abu Nawas lagi.

"Aku hanya ingin keputusan yang terbaik, Tuan Abu Nawas," jawab si pedagang baik hati dengan pasrah.

Setelah bertanya kepada si pedagang baik, Abu Nawas lalu bertanya kepada Tuan Hakim.

"Wahai, Tuan Hakim, izinkan hamba dalam kasus ini untuk menjadi hakim," pinta Abu Nawas.

"Silakan, Abu Nawas. Sekarang kau yang menjadi hakimnya," jawab Tuan Hakim Istana.

"Menurutku, tidak ada yang salah dalam polemic ini. Si pedagang keji berhak meminta haknya yaitu menuntut daging 1 kg dari tubuh si pedagang baik hati yang dia mau, dan itu harus dilakukan saat ini juga," ujar Abu Nawas.

Hal ini tentu membuat kaget Tuan Hakim. Dia kira Abu Nawas akan membela si pedagang baik hati tersebut.

Sedangkan si pedagang jahat merasa puas dan senang, karena dendamnya terbalaskan. "Bagian mana yang kau inginkan?" tanya Abu Nawas.

"Aku menginginkan bagian lehernya," jawab si pedagang jahat dengan bangga.

"Baik, permintaanmu dikabulkan. Tuan Hakim, tolong ambilkan pisau untuknya," pinta Abu Nawas.

Dengan berat hati, Tuan Hakim menyerahkan pisau kepada si pedagang kejam.

"Kau boleh memotong leher si pedagang baik hati itu, tetapi tidak boleh kurang atau lebih dari 1 kg. Kalau kurang atau lebih, maka kau harus dibunuh dan harta kekayaanmu akan disita oleh negara," kata Abu Nawas.

Spontan si pedagang kejam pun terkejut dengan pernyataan Abu Nawas. Ia berpikir mana mungkin hanya satu kali memotong dapat 1 kg daging.

Si pedagang jahat pun terdiam sejenak. "Kenapa kau diam saja, bukankah keinginanmu segera tercapai?" tanya Abi Nawas.

"Maaf, Tuan Abu Nawas, hamba tidak bisa. Hamba ingin mencabut tuntutan hamba," ujar si pedagang jahat dengan suara ketakutan.

Akhirnya si pedagang kejam pulang dengan perasaan takut. Sedangkan si pedagang baik hati mengucap terima kasih kepada Abu Nawas karena sudah menyelamatkannya.

Allahu a'lam

(Hantoro)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya