Kisah Rakyat Mali Gotong Royong Bangun Masjid Terbesar Menggunakan Lumpur

Aisha Ardhany Wahyuningtyas, Jurnalis
Jum'at 04 Oktober 2024 15:20 WIB
Viral kisah rakyat Mali gotong royong bangun masjid lumpur terbesar. (Foto: Instagram @indo_psikologi)
Share :

INILAH kisah rakyat Mali di Afrika Barat yang secara gotong royong membangun ulang Masjid Agung Djenne atau masjid lumpur terbesar di dunia. Setiap tahunnya mereka bersama-sama memplester ulang bangunan masjid menggunakan lumpur untuk menjaga kelestariannya. 

Masjid Agung Djenne yang berdiri megah di pedalaman Gurun Sahara di Mali Selatan ini memiliki tinggi 20 meter dan panjang 91 meter. Dengan kapasitas 3.000 jamaah, bangunan masjid ini merupakan contoh arsitektur Sudano-Sahel terbaik yang dibangun pada tahun 1907.

Masjid tersebut terkenal dengan penggunaan lumpur sebagai bahan baku utama, serta ciri khas plesteran batako dan perancah kayu.

Masjid Agung Djenne telah masuk daftar Situs Warisan Dunia oleh UNESCO sejak 2016. Bersama kota di sekitarnya yang menjadi pusat pembelajaran Islam, keberadaannya terancam oleh konflik yang melibatkan pemberontak, pasukan pemerintah, dan kelompok-kelompok lainnya. 

Dikutip dari bbc.com, Jumat (4/10/2024), menjelang musim hujan setiap bulan Juli, Masjid Agung Djenne memerlukan perawatan khusus berupa penambahan lapisan lumpur baru untuk mencegah kerusakan.

Proses ini dilakukan dengan metode tradisional, yakni para perempuan mengambil air dari sungai terdekat untuk dicampur dengan tanah liat, sementara kaum laki-laki memplester ulang bangunan tersebut.

Acara tahunan ini dikenal dengan Crépissage. Diadakan setiap bulan April dan pernah menarik puluhan ribu wisatawan.

Selain sebagai kegiatan penting untuk menjaga struktur masjid, Crépissage juga merupakan festival komunitas yang merayakan kebersamaan, kepercayaan, serta warisan Kota Djenne. 

Malam sebelum hari perbaikan, suasana desa dipenuhi kegembiraan dengan adanya La Nuit de Veille atau sebuah karnaval malam. Di bawah sinar bulan, warga berkumpul dengan nyanyian dan tabuhan drum, sebelum peluit ditiup pada pukul 04.00 sebagai tanda dimulainya perbaikan masjid.

Selama Crepissage, kelompok-kelompok dari berbagai dusun berlomba memplester ulang masjid di bawah pengawasan serikat tukang batu senior.

Para pemuda membawa keranjang tanah liat basah dan menempelkannya pada dinding masjid. Pemenang dari lomba ini akan mendapat hadiah sebesar 50.000 franc CFA Afrika Barat atau sekira Rp1,1 juta. 

Pada hari itu, perempuan dibolehkan masuk ke masjid untuk mengangkut air dari sungai. Proses pemeliharaan ini biasanya membutuhkan waktu 5 jam.

Menurut UNESCO, Djenne dikenal karena arsitektur luar biasa dan struktur perkotaannya yang harmonis. Masjid Agung Djenne tetap menjadi simbol penting dalam kehidupan masyarakat modern.

"Masjid ini menjadi simbol kohesi sosial setiap tahun dengan partisipasi komunitas dalam pemeliharaan yang menunjukkan rasa kebersamaan dan cara hidup bersama," ujar Wali Kota Djenne Balassin Yaro.

Wallahu a'lam bisshawab

(Hantoro)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya