Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Sikap Orang Beriman terhadap Tetangga yang Kelaparan

Sikap Orang Beriman terhadap Tetangga yang Kelaparan
Ilustrasi. (Foto: Dok Okezone/Heru Haryono)
A
A
A

PANDEMI corona virus disease (covid-19) menimbulkan dampak kepada semua pihak. Pengaruhnya bisa dirasakan dari sisi sosial hingga ekonomi.

Mengutip dari Sindonews, Rabu (10/6/2020), contoh nyata permasalahan tersebut di tengah masyarakat, ada seorang ibu rumah tangga di Kota Serang, Provinsi Banten, meninggal dunia diduga karena kelaparan akibat tidak memiliki makanan. Perempuan itu bersama keluarganya menahan lapar selama dua hari hanya dengan meminum air minum galon.

Kemudian di Kota Batam, Kepulauan Riau, seorang pria yang menanggung empat anaknya kehabisan uang untuk membeli makanan. Ia menawar-nawarkan ponsel bekasnya seharga Rp10 ribu untuk membeli beras.

Dua kasus yang terjadi di tengah masyarakat ini menjadi sindiran bagi semua orang, termasuk kaum Muslimin. Setiap orang jangan hanya menyatakan beriman, namun juga wajib sensitif dan peduli terhadap tetangga.

Islam telah mengatur hubungan antarmanusia dengan pola interaksi yang mengedepankan nilai-nilai luhur, sehingga hubungan dan komunikasi antartetangga tetap terjalin baik serta harmonis. Umat dianjurkan berbuat baik terhadap tetangga.

Islam mengajarkan:

- لَيْسَ الْمُؤْمِنُ الَّذِيْ يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائْعٌ إِلٰى جَنْبِهِ .

Artinya: "Tidaklah mukmin, orang yang kenyang, sementara tetangganya lapar sampai ke lambungnya."

Hadis ini diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam Al Adab Al Mufrad (112). Al Hakim menilai hadis ini sanadnya sahih.

Ada dua kesalahan fatal yang dilakukan orang yang kenyang tersebut sehingga disinggung oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam hadis ini.

Pertama, ia tidak peduli terhadap orang lapar, sedangkan bisa merasakan kenyang dan mampu berbagi makanan.

Kedua, ia tidak peduli dengan tetangga. Orang paling dekat rumahnya dengan dirinya. Seharusnya dialah orang pertama yang mengetahui keadaan tetangganya sehari-hari.

Allah Subhanahu wa ta’ala menyebutkan bahwa termasuk orang bodoh adalah orang yang tidak jeli melihat tanda-tanda kemiskinan kepada seseorang.

لِلْفُقَرَاءِ الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِي الْأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُمْ بِسِيمَاهُمْ لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا

Artinya: "(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang tidak mampu berjihad di jalan Allah; mereka tidak dapat berusaha di muka bumi; orang yang jahil menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu bisa mengenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak." (QS Al Baqarah: 273)

Kalau sering berkunjung ke rumah tetangga, dan membuka mata dengan jeli, membuka hati dengan teliti, pasti akan terlihat tanda-tanda yang dibutuhkan oleh tetangga.

Lalu, apakah masih menunggu agar tetangga datang meminta di depan pintu rumah kita? Sungguh tidak berperasaan bila bersikap seperti itu.

Dalam Alquran Surah Az-Zariyat Ayat 19, Allah Subhanahu wa ta’ala sebutkan salah satu sifat orang bertakwa:

وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ

Artinya: "Di dalam harta mereka ada hak yang ditunaikan untuk peminta-minta dan juga orang mahrum."

Maksud dari mahrum adalah orang yang butuh tapi tidak mau meminta kepada orang lain. Lebih dari itu, banyak hadis yang menekankan agar Muslimin peduli dengan tetangga.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement