JAKARTA- Seseorang dikatakan jujur apabila menyatakan kebenaran sesuai dengan fakta yang ada tanpa menambah-nambahi ataupun mengurang-ngurangi.
Jujur juga bermakna kesesuaian kata hati dengan ucapan. Jika salah satu tidak terpenuhi, maka ia belum bisa disebut sebagai kejujuran.
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutamakan lisan daripada anggota tubuh lainnya di dalam mengamalkan kejujuran. Allah mengangkat derajat seorang hamba dengan menjadikannya mampu mengucapkan kalimat tauhid, syahadat Laa Ilaaha Illallah.
Ustaz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam ceramahnya menjelaskan bahwa jujur juga bermakna kesesuaian kata hati dengan ucapan.
Baca Juga: Begini Nasib Ruh Manusia yang Berbuat Kesyiriakan, Dikisahkan dalam Surat Al-Hajj
Oleh karena itu tidak sepantasnya seorang muslim membiarkan indra yang dimuliakan ini melakukan kejahatan. Dan salah satu kejahatan lisan adalah berbohong. Apabila sampai terbiasa dengan kebiasaan yang merupakan salah satu sifat orang munafik ini, maka dia bisa binasa karena anggota tubuhnya ini.
Maka setiap muslim wajib menjaga lisan agar selalu berkata jujur dan menjauhi dusta, lawan dari kejujuran. Membiasakannya dengan ucapan-ucapan bermanfaat, baik dalam urusan dunia maupun urusan akhiratnya.
Baca Juga: Berbahaya Jika Suami Tidak Punya Sifat Dayyuts
Sebab bagaimanapun perbuatan lisan, itu bergantung pada kebiasaan sehari-hari bagaimana kita menggunakan lisan itu. Apabila dibiasakan jujur, niscaya ia akan selalu jujur. Dan apabila dibiasakan dusta, niscaya ia akan selalu dusta. Seperti yang disebutkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadis:
“Seseorang berkata jujur dan senantiasa mengucapkan kejujuran, hingga dia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur.”