JAKARTA - Buya Hamka atau lengkapnya Haji Abdul Malik Karim Amrullah adalah sosok sepesial, terutama di kalangan warga Muhammadiyah.
Buya Hamka merupakan sosok perpaduan yang menghadirkan pemikiran dan sikap yang damai, bersamaan dengan sikap kritis dan pemikiran maju. Bukan itu saja, Buya Hamka juga juga sosok yang berwibawa dan memikat.
Baca Juga: Kisah Setan Si Pencuri Informasi Pembicaraan Para Malaikat di Langit
“Kita beruntung karena Buya Hamka mewarisi khazanah, mozaik dan karya-karya yang begitu banyak. Termasuk karya terbesar yakni Tafsir Al Azhar,” tutur Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir dikutip dari laman Muhammadiyah, Ahad (14/3/2021)
Pemikiran Buya Hamka selain multi dimensi juga utuh. Pemikiran Buya Hamka tentang keislaman, beliau memiliki pemikiran yang modernis, reformis, dan maju atau dalam diksi di Muhammadiyah disebut dengan Islam Berkemajuan.
Baca Juga: Keberadaan Istri dalam Al-Qur'an, Ternyata Bukan Sebatas Pendamping Hidup
Dalam Buku Tasawuf Moder, Haedar menjelaskan, Buya Hamka bukan hanya membahas masalah jiwa dan ruhani, tapi juga terkait dengan kemerdekaan berpikir. Pemikiran berkemajuan yang ditampilkan Buya Hamka dalam buku tersebut terlihat ketika dirinya mengkritik para pemuka agama yang berpikiran jumud.
“Kritik dia sangat keras di situ, dan dia mengajak untuk bagaimana kita menyatukan pemikiran antara kemerdekaan berpikir, kemerdekaan berkehendak, dan kemerdekaan jiwa,” imbuhnya.