Melalui kordinasi dari markas DMC Dompet Dhuafa, Ustad Muhidur dan beberapa relawan lokal setempat langsung turut bantu melakukan respons mulai dari evakuasi, membuka dapur umum di empat titik pos pengungsian, menyiapkan kebutuhan logistik dan pelayanan kesehatan.
“Pertama kali kejadian banjir itu, saya merasa terpanggil untuk terjun membantu dan menjadi relawan. Namun di satu sisi, juga diselimuti perasaan sedih melihat dampak yang diakibatkan oleh bencana banjir ini. Ini momen yang sulit bagi saya pribadi”, lanjutnya.
Akses jalur yang terputus di mana-mana dan kebutuhan pokok yang mendesak bagi terdampak menjadi tantangan pertama yang dilalui oleh Muhidin dalam menjadi relawan. Namun menurutnya, membantu sesama yang sedang dilanda musibah juga merupakan bagian dari dakwah. Bahwa Allah SWT selalu mempunyai rencana yang baik bagi umatnya.
Bertepatan dengan bulan Ramadhan, Ustad Muhidur melihat hikmah dari semua kejadian ini. Beberapa kebutuhan penyintas terdampak sudah bisa dipenuhi. Terutama untuk kebutuhan sandang, pangan, dan papan.
“Saya selalu percaya, bahwa akan timbul rasa kemanusiaan di setiap orang. Sehingga Ketika ada saudara-saudara kita yang terkena musibah. Saya yakin, setiap orang mampu mengulurkan bantuan tenaga, waktu, dan semangat. Meski kita sendiri sedang terkena musibah”, tutup Muhidur.
(Vitrianda Hilba Siregar)