KISAH Samiri pembuat patung sapi yang bisa berbicara di zaman Nabi Musa Alaihissallam sangat penting diketahui kaum Muslimin.
Kisah ini sangat pas menjadi teladan untuk umat di masa sekarang untuk berhati-hati dalam mengikuti hawa nafsu di saat sekarang ini.
Dilansir dari berbagai sumber, Selasa (17/10/2023), Samiri adalah nama panggilan bagi Musa bin Zhufar. Dirinya ikut serta bersama rombongan pengikut Nabi Musa yang keluar dari Mesir dan menyeberangi Laut Merah.
Namun suatu waktu Nabi Musa ingin bermunajat kepada Allah SWT di Bukit Thursina atau sekarang disebut Gunung Sinai. Pada momen tersebut Samiri melakukan pengkhianatan ajaran Nabi Musa dengan membuat patung anak sapi dari kumpulan emas milik para pengikut Musa hingga menjadi sebuah patung sapi yang dapat berbicara atau bersuara.
Kisah Samiri membuat patung sapi dari emas diceritakan dalam Surat Al-A'raf Ayat 148. Allah berfirman:
وَاتَّخَذَ قَوۡمُ مُوۡسٰى مِنۡۢ بَعۡدِهٖ مِنۡ حُلِيِّهِمۡ عِجۡلًا جَسَدًا لَّهٗ خُوَارٌ ؕ اَلَمۡ يَرَوۡا اَنَّهٗ لَا يُكَلِّمُهُمۡ وَلَا يَهۡدِيۡهِمۡ سَبِيۡلًا ۘ اِتَّخَذُوۡهُ وَكَانُوۡا ظٰلِمِيۡنَ
Artinya: "Dan kaum Musa, setelah kepergian (Musa ke Gunung Sinai) mereka membuat patung anak sapi yang bertubuh dan dapat melenguh (bersuara) dari perhiasan (emas). Apakah mereka tidak mengetahui bahwa (patung) anak sapi itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka? Mereka menjadikannya (sebagai sembahan). Mereka adalah orang-orang yang zalim." (QS. Al-A'raf Ayat 148)
Dosa yang dilakukan Samiri sungguh tersohor dalam kisah Bani Israil yang menyembah patung anak sapi saat kepergian Nabi Musa ke Bukit Sinai menerima wahyu dari Allah SWT.
Alhasil namanya dalam kisah-kisah Islam, baik dari Alquran ataupun riwayat-riwayat, disebutkan sebagai tokoh yang menyesatkan Bani Israel.
Bahkan Samiri tak peduli dengan nasihat Nabi Harun yang saat itu menggantikan posisi Nabi Musa. Bahkan saat emas meleleh, Samiri melemparkan tanah jejak kuda Jibril yang disimpannya saat perjalanan dari Mesir menghindari kejaran tentara Firaun.
Samiri melupakan pesan Musa agar tidak lagi menyembah berhala, tapi mengesakan Allah SWT.
Alquran kemudian menyebutkan bahwa Samiri mendapat hukuman pengucilan, yaitu menderita suatu penyakit yang membuatnya tidak boleh disentuh atau menyentuh manusia. (QS. Thaha: 97)
Sehingga Samiri bukanlah Dajjal. Selain karena tidak ada dalil dari Alquran maupun hadits, juga karena Samiri sepanjang hidupnya di dunia sudah tidak dapat lagi berinteraksi dengan manusia.
Tentang Samiri Allah SWT berfirman dalam surat Toha ayat 97:
قَالَ فَاذْهَبْ فَإِنَّ لَكَ فِي الْحَيَاةِ أَنْ تَقُولَ لَا مِسَاسَ وَإِنَّ لَكَ مَوْعِدًا لَنْ تُخْلَفَهُ وَانْظُرْ إِلَى إِلَهِكَ الَّذِي ظَلْتَ عَلَيْهِ عَاكِفًا لَنُحَرِّقَنَّهُ ثُمَّ لَنَنْسِفَنَّهُ فِي الْيَمِّ نَسْفًا
“Berkata Musa: “Pergilah kamu, Maka Sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan di dunia ini (hanya dapat) mengatakan: “Janganlah menyentuh (aku)”[ Maksudnya: supaya Samiri hidup terpencil sendiri sebagai hukuman di dunia]. dan Sesungguhnya bagimu hukuman (di akhirat) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya, dan lihatlah Tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya Kami akan membakarnya, kemudian Kami sungguh-sungguh akan menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakan).”
Samiri terus hidup sendiri tanpa dapat bergaul dengan orang lain sebagai hukumannya sampai dia mati.
Alquran kemudian menyebutkan bahwa Samiri mendapat hukuman pengucilan, suatu penyakit yang membuatnya tidak boleh disentuh atau menyentuh manusia.
Wallahu a'lam bisshawab.
(Hafid Fuad)