PADA bulan Ramadhan 2024 ini digelar Zakat Wakaf Impact Forum. Ini merupakan forum yang penting dilakukan karena bisa dijadikan sarana bertukar ide, gagasan, hingga informasi terkait zakat, wakaf, infak, dan shodaqoh.
Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama (Kemenag) Kamaruddin Amin mengatakan ke depannya Kantor Urusan Agama (KUA) dapat berperan aktif dalam meningkatkan literasi zakat dan wakaf di masyarakat. Hal itu dilakukan dengan melibatkan seluruh stakeholder di KUA, termasuk penghulu, penyuluh agama, serta tokoh agama dan masyarakat.
"KUA kerap menjadi pusat pertemuan tokoh agama, penghulu, dan penyuluh. Bahkan, kami memiliki ribuan penyuluh agama yang dapat menjadi agen untuk meningkatkan literasi zakat dan wakaf di masyarakat," ucapnya di Gedung Bappenas, Jakarta, Rabu 20 Maret 2024.
Langkah tersebut diambil setelah survei menunjukkan tingkat literasi zakat dan wakaf masyarakat, termasuk di lingkungan perguruan tinggi, masih tergolong rendah.
"Karenanya, kami juga telah mengusulkan kepada Baznas agar ada program pemberian beasiswa kepada pelajar yang berminat mengembangkan pengetahuan di bidang manajemen zakat, wakaf, dan ekonomi syariah," ujarnya.
Ia menambahkan, saat ini Baznas, Direktorat Pemberdayaan Zakat dan Wakaf, serta Direktorat Bina KUA dan Keluarga Sakinah sepakat meluncurkan KUA sebagai Unit Pengelola Zakat (UPZ) dengan kewenangan yang diberikan kepada Baznas.
Hal ini diharapkan dapat meningkatkan literasi zakat dan wakaf serta memperluas perannya dalam pembangunan nasional.
"Kemarin dalam pertemuan bersama Baznas telah disetujui untuk segera me-launching KUA sebagai UPZ dan kewenangannya ada di Baznas," ungkapnya.
Melalui langkah-langkah tersebut, diharapkan literasi zakat dan wakaf di masyarakat dan perguruan tinggi dapat meningkat secara masif, sehingga memperkuat kontribusi zakat dan wakaf dalam pembangunan nasional.
Sementara Sekretaris Kementerian PPN/Sekretaris Utama Bappenas Teni Widuri mengatakan pihaknya mengapresiasi ajang Zakat Wakaf Impact Forum ini.
"Forum ini menjadi sangat-sangat penting, mudah-mudahan tidak hanya pada tahun ini, tetapi ini bisa kita lakukan secara berkesinambungan sebagai forum atau event tahunan di mana kita bisa saling bertukar ide, bertukar gagasan informasi, terkait dengan zakat, wakaf, infak, dan shodaqoh dan terus memperkuat komitmen kita bersama di dalam pembangunan," katanya.
Menurut dia, zakat, wakaf, infak, dan shadaqah menjadi sangat penting untuk pendistribusian kekayaan dalam rangka mengurangi kesenjangan. Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi dengan beberapa pihak.
"Potensi dari zakat, infak, shodaqoh, dan wakaf itu sangat sangat besar sebetulnya. Sampai pada hari ini belum optimal bisa kita kolaborasikan sebagai salah satu sumber sebetulnya. Selain kewajiban kita juga tapi sangat-sangat potensial untuk mendukung pembiayaan pembangunan," ucapnya.
Hal ini bertujuan agar semua pihak bekerja sama berkontribusi dalam pembangunan melalui zakat, wakaf, infak, dan shodaqoh secara kolaboratif. Di sisi lain, hingga saat ini Indonesia masih menghadapi masalah kemiskinan dan kesenjangan sosial.
Sedangkan pada saat yang sama, Indonesia juga sedang menyusun program Indonesia Emas 2045 untuk menjadi negara maju dengan pendapatan per kapita sekira 20–30 dolar Amerika Serikat per tahun. Maka diharapkan tingkat kemiskinan bisa menurun hingga nol persen, serta indeks ditargetkan menjadi 0,29–0,32.
Lebih lanjut agar cita-cita pembangunan tersebut tercapai, pemerintah menyusun kebijakan dan strategi pengentasan kemiskinan di level makro dan mikro.
Beberapa di antaranya melalui program pengembangan perlindungan sosial, penyempurnaan pelaksanaan bantuan sosial, penyempurnaan program kesejahteraan sosial, dan peningkatan akses terhadap program-program pemberdayaan ekonomi yang bertujuan menghapus kemiskinan.
Oleh karena itu, pemerintah turut mendorong pengembangan ekonomi sumber daya keagamaan sebagai bagian upaya dari pengentasan kemiskinan melalui zakat, wakaf, infak, dan shodaqoh.
(Hantoro)