Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Tata Cara Puasa Tarwiyah 8 Dzulhijjah 1445 H

Hantoro , Jurnalis-Jum'at, 07 Juni 2024 |18:36 WIB
Tata Cara Puasa Tarwiyah 8 Dzulhijjah 1445 H
Ilustrasi tata cara puasa Tarwiyah 2024. (Foto: Shutterstock)
A
A
A

BERIKUT ini tata cara puasa Tarwiyah pada 8 Dzulhijjah 1445 Hijriah/2024 Masehi. Di bulan suci Dzulhijjah terdapat puasa sunnah yang memiliki keutamaan luar biasa besar, yakni puasa Tarwiyah (8 Dzulhijjah) dan puasa Arafah (9 Dzulhijjah).

Puasa Tarwiyah dan Arafah sunnah dikerjakan oleh kaum Muslimin yang tidak melaksanakan ibadah haji. Sementara jamaah haji di Tanah Suci tidak disunnahkan mengerjakan puasa tersebut. 

Info grafis keutamaan puasa Tarwiyah dan Arafah. (Foto: Okezone)

Keutamaan Puasa Tarwiyah

Dihimpun dari laman Rumaysho, Imam Al Ghazali mengungkapkan bahwa keutamaan orang yang melaksanakan puasa tarwiyah adalah ia akan mendapatkan pahala seperti pahala kesabaran Nabi Ayub Alaihissallam atas kesabaran penderitaannya.

Sedangkan keutamaan orang yang melaksanakan puasa Arafah adalah ia akan mendapatkan pahala seperti pahala Nabi Isa Alaihissalam (Mukasyafatul Qulub). 

Tanggal 8 Dzulhijjah (Tarwiyah) atau "Yaumut Tarwiyah" yang berarti "Hari Menyegarkan Diri". Istilah tersebut disematkan karena pada waktu tersebut para jamaah haji melihat air setelah sebelumnya air tidak atau jarang ditemui.

Mereka berangkat ke Mina dan bermalam sebelum hari Arafah dan saat itu juga turunya wahyu (perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala) kepada Nabi Ibrahim Alaihissallam untuk menyembelih Nabi Ismail Alaihissallam. 

Tata Cara Puasa Tarwiyah

1. Dikerjakan pada 8 Dzulhijjah

Bagi umat Islam yang tidak berhaji atau wukuf di Padang Arafah, pastikan di daerah tempat tinggalnya sudah memasuki 8 Dzulhijjah.

2. Niat puasa Tarwiyah

Sebagaimana puasa pada bulan Ramadhan atau puasa sunnah lainnya, tata cara melaksanakan puasa Tarwiyah juga sama. Dimulai dari waktu subuh sampai magrib.

Apabila belum sempat niat dan bangunnya usai imsak atau subuh, bisa langsung berniat puasa sunnah dengan catatan belum makan, minum, atau mengerjakan hal-hal yang bisa membatalkan puasa.

Niat sendiri memiliki arti al-qashdu atau keinginan. Niat puasa berarti keinginan untuk berpuasa. Letak niat adalah di dalam hati, tidak cukup dalam lisan, tidak disyaratkan melafadzkan niat. Berarti niat dalam hati saja sudah teranggap sahnya.

Muhammad Al Hishni berkata:

لاَ يَصِحُّ الصَّوْمَ إِلاَّ بِالنِّيَّةِ لِلْخَبَرِ، وَمَحَلُّهَا القَلْبُ، وَلاَ يُشْتَرَطُ النُّطْقُ بِهَا بِلاَ خِلاَفٍ

Artinya: "Puasa tidaklah sah kecuali dengan niat karena ada hadits yang mengharuskan hal ini. Letak niat adalah di dalam hati dan tidak disyaratkan dilafazkan." (Kifayah Al-Akhyar, halaman 248)

3. Menjaga diri dari hal-hal yang membatalkan puasa

Setelah berniat pada malam hari, kemudian melakukan makan sahur. Kemudian hal yang paling penting dalam menjalankan serangkaian puasa Arrafah adalah menghindari dari hal-hal yang membatalkan puasa hingga waktunya berbuka.

Di antaranya adalah menahan diri dari makan dan minum, menahan diri dari berhubungan intim (jimak) suami istri, hingga menahan diri dari muntah dengan sengaja. 

Wallahu a'lam bisshawab

(Hantoro)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement