BERAPA kuota haji Indonesia 2025? Ini kata Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas. Ia mengungkapkan Indonesia kembali mendapat kuota 221.000 jamaah pada operasional haji 1446 Hijriah/2025 Masehi.
Kepastian kuota haji Indonesia untuk tahun depan itu diperoleh Menag usai menghadiri Tasyakuran Penutupan Penyelenggaraan Ibadah Haji 1445 H dan Pemberian Kuota 1446 H. Acara ini diselenggarakan Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi di Kota Makkah.
"Malam ini saya menghadiri Haflul Hajji Al-Khitamy semacam malam tasyakuran atas selesainya penyelenggaraan ibadah haji 1445 H. Saya mendapat informasi dari Wakil Kementerian Bidang Urusan Haji 'Ayed Al Ghuwainim, dan sesuai surat yang saya terima, bahwa Indonesia mendapat 221.000 kuota haji 1446 H/2025 M," ungkap Menag di kantor Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi, Makkah, Selasa 18 Juni 2024.
"Kita mengapresiasi Kemenhaj Saudi yang kembali mengumumkan kuota lebih awal. Sehingga, proses persiapan penyelenggaraan haji juga bisa dilakukan lebih cepat," sebut Gus Men –sapaan akrabnya.
"Apresiasi juga atas ketegasan otoritas Saudi dalam menerapkan aturan terkait visa haji dan visa nonhaji," imbuhnya.
Ia menilai penyelenggaraan ibadah haji 2024 berjalan sukses. Ada sejumlah indikator. Pertama, pelayanan jamaah pada fase kedatangan berjalan lancar.
Kuota jamaah haji reguler sebanyak 213.320 orang terserap optimal, hanya menyisakan 45 jamaah yang tidak bisa digantikan karena proses pemvisaan sudah ditutup.
"Ini angka kuota tidak terserap yang terkecil dalam lebih 10 tahun penyelenggaraan ibadah haji," bebernya.
Kedua, proses pelayanan jamaah haji pada fase kedatangan juga berjalan lancar, baik di Madinah maupun Makkah. Jamaah haji bisa mendapat layanan katering, transportasi, akomodasi, termasuk pelindungan, dan bimbingan ibadah.
"Padahal, Indonesia adalah pengirim jamaah haji terbesar di dunia. Ini jelas bukan tugas mudah," ujarnya, "Layanan fast track untuk kali pertama di tiga embarkasi, Jakarta, Solo, dan Surabaya juga berjalan lancar."
"Layanan katering bahkan bisa tetap diberikan hingga jelang puncak haji. Ini juga kali pertama dilakukan dalam kuota normal, setalah sebelumnya diterapkan pada 2022," ucapnya lagi.
Indikator kesuksesan ketiga, lanjut dia, proses puncak haji berjalan lancar. Ikhtiar mitigasi yang dilakukan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) bersama otoritas Arab Saudi berhasil memperlancar proses pergerakan jemaah dari Arafah ke Muzdalifah dan Mina.
"Skema murur atau melintas di Muzdalifah banyak mendapat apresiasi. Jamaah bisa diberangkatkan lebih awal, jam 07.37 waktu Saudi sudah tidak ada di Muzdalifah. Ini patut disyukuri," katanya.
Namun, ungkap dia, ada beberapa dinamika di Mina, dan itu menjadi bagian yang akan dievaluasi. Menurutnya, wilayah Mina jelas batasannya dan sangat terbatas. Dengan kuota 213.320 jamaah, ruang yang tersedia kurang dari 0,8 meter persegi per orang.
"Mina dari dulu seperti itu. Sejak kuota kembali normal pada 2017, isunya selalu soal kepadatan. Sehingga, menerima tambahan kuota selalu menjadi berkah sekaligus tantangan," bebernya.
"Dalam keterbatasan wilayah, ada tantangan kenyamanan, bahkan keselamatan jiwa. Ini yang perlu menjadi pertimbangan," lanjutnya.
"Alhamdulillah kita bersyukur, proses puncak haji berjalan lancar," katanya lagi.
Menag menambahkan, pihaknya segera menggelar evaluasi atas penyelenggaraan haji tahun ini. Sejumlah catatan akan menjadi bahan perbaikan untuk musim haji mendatang.
"Kita tetap akan upayakan kuota tambahan dalam jumlah yang terukur untuk tetap menjaga kenyamanan dan keselamatan jemaah," pungkasnya.
(Hantoro)