Sumber referensi yang dijumpai yang membahas masalah ini adalah kitab "Kanzun Najah" karya Abdul Hamid bin Muhammad Ali Quds, salah satu tokoh sufi, murid Zaini Dahlan.
Dalam buku tersebut, dia menyatakan di pasal: Hal-hal yang Dianjurkan ketika bulan safar,
اعلم…أن مجموع الذي نقل من كلام الصالحين كما يعلم مما سيأتي أنه ينزل في آخر أربعاء من صفر بلاء عظيم، وأن البلاء الذي يفرِّق في سائر السنة كله ينزل في ذلك اليوم، فمن أراد السلامة والحفظ من ذلك فليدع أول يوم من صفر، وكذا في آخر أربعاء منه بهذا الدعاء؛ فمن دعا به دفع الله سبحانه وتعالى عنه شرَّ ذلك البلاء. هكذا وجدته بخط بعض الصالحين
Ketahuilah bahwa sekelompok nukilan dari keterangan orang salih –sebagaimana nanti akan diketahui– bahwa pada hari Rabu terakhir bulan safar akan turun bencana besar. Bencana inilah yang akan tersebar di sepanjang tahun itu. Semuanya turun pada hari itu. Siapa yang ingin selamat dan dijaga dari bencana itu, maka berdoalah di tanggal 1 safar, demikian pula di hari rabu terakhir dengan doa yang sama. Siapa yang berdoa dengan kalimat itu maka Allah akan menyelamatkannya dari keburuhan musibah tersebut. Inilah yang aku temukan dari tulisan orang-orang salih.
Selanjutnya, penulis menyebutkan beberada doa yang dia ajarkan. (Kanzun Najah, halaman 49)
Sebagai orang beriman daan meyakini bahwa sumber syariat adalah Alquran dan sunnah Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wassallam, tentu saja berita semacam ini tidak boleh kita percaya. Sebab kedatangan bencana di muka bumi ini merupakan sesuatu yang ghaib dan tidak ada yang tahu kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Satu-satunya cara untuk mengetahui hal itu adalah melalui wahyu Alquran dan sunnah. Sementara penulis sama sekali tidak menyebutkan sumber selain klaim bahwa itu tulisan orang salih. Terlebih tidak ada keterangan dari sahabat maupun ulama masa silam yang menyebutkan hal ini.
Lembaga fatwa Arab Saudi, Lajnah Daimah, pernah ditanya mengenai ritual rabo wekasan yang dilakukan pada akhir bulan Safar. Jawaban yang diberikan:
هذه النافلة المذكورة في السؤال لا نعلم لها أصلا من الكتاب ولا من السنة، ولم يثبت لدينا أن أحدا من سلف هذه الأمة وصالحي خلفها عمل بهذه النافلة، بل هي بدعة منكرة، وقد ثبت عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد. ومن نسب هذه الصلاة وما ذكر معها إلى النبي صلى الله عليه وسلم أو إلى أحد من الصحابة رضي الله عنهم فقد أعظم الفرية، وعليه من الله ما يستحق من عقوبة الكذابين. وبالله التوفيق. وصلى الله على نبينا محمد، وآله وصحبه وسلم.
Amalan seperti yang disebutkan dalam pertanyaan, tidak kami jumpai dalilnya dalam Alquran dan sunnah. Tidak juga kami ketahui bahwa ada salah satu ulama masa silam dan generasi setelahnya yang mengamalkan ritual ini. Jelas ini adalah perbuatan bid'ah. Dan terdapat hadis shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد
"Siapa yang membuat hal yang baru dalam agama ini, yang bukan bagian dari agama, maka dia tertolak." (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan lainnya)
Siapa yang beranggapan kegiatan semacam ini pernah dilakukan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wassallam atau pernah dilakukan sahabat radhiyallahu 'anhu, maka dia telah melakukan kedustaan atas nama beliau.
Demikianlah pembahasan mengenai rabu wekasan serta penjelasan para ulama. Wallahu a'lam bishawab.
(Hantoro)