BISA menunaikan ibadah salat sejatinya adalah salah satu hak asasi umat Muslim yang paling dasar.
Namun sayangnya, implementasi di dunia nyata tidak selalu bisa berjalan dengan mulus. Salah satu contohnya terjadi di sebuah sekolah di area Ilford, London, Inggris satu ini.
Pasalnya, sebagaimana dilansir Metro, Selasa (21/5/2019) saat bulan suci Ramadan seperti ini, para puluhan pelajar Muslim di sekolah Loxford School diketahui tengah melaksanakan ibadah salat di lapangan parkir mobil. Para siswa diduga dipaksa untuk salat Zuhur di parkiran mobil, selama bulan suci Ramadhan karena sekolah ini tidak akan mengakomodasi tempat untuk salat.
Melihat kejadian ini, alhasil sekolah Loxford School disebutkan lebih lanjut mendapat kecaman setelah puluhan anak-anak Muslim digambarkan berdoa di tempat parkir. Sekolah Loxford School di Ilford, London timur, ini sendiri diketahui memiliki lebih dari 2.000 siswa dan badan siswa Muslim yang besar. Namun demikian, saat ini hanya memungkinkan siswa Muslim tersebut untuk beribadah di dalam ruangan sekolah untuk ibadah salat Jumat. Tapi untuk sehari-hari, sekolah diketahui tidak menyediakan ruang untuk salat Zuhur, saat istirahat makan siang di jadwal sekolah dari Senin hingga Kamis.
Sang kepala sekolah, Anita Johnson pun langsung menuai kritikan setelah foto para puluhan pelajar Muslim tersebut didapati harus salat di parkiran itu beredar di media sosial. Pihak sekolah sendiri menyatakan bahwa mereka tidak mengarahkan siswa untuk salat di area parkiran, di luar sekolah. Tidak hanya kritikan, bahkan disebutkan sejumlah hampir 14.000 orang telah menandatangani petisi yang meminta Anita Johnson untuk meninjau kebijakan sekolah yang “tidak dapat diterima” ini. Beberapa pihak menuduh bahwa pihak sekolah telah mengabaikan 'kebebasan beragama' dan hak privasi untuk beribadah dari para murid.
Di sisi lain, terkait kejadian ini Alimul Al-raze, selaku ketua Loxford Muslim Society, mengatakan dia memang melihat siswa datang ke masjid terdekatnya untuk salat saat waktu istirahat makan siang.
“Kami pernah melihat beberapa siswa berada di jalan untuk menunaikan salat ketika waktu makan siang. Mereka sangat tergesa-gesa dan dalam tekanan karena mereka harus datang jauh-jauh ke masjid yang berjarak sekitar lima, sepuluh menit jauhnya dan kemudian mereka harus kembali lagi ke sekolah.
Terkadang mereka tidak menyelesaikan salat mereka dengan benar. Selain itu, beberapa siswa datang dan bergabung dengan kami pada hari Jumat karena tidak ada cukup ruang di sana,” ungkap Alimul.
Sementara itu, dalam sebuah pernyataan, Loxford School mengatakan bahwa sekolah mengizinkan hal para siswa untuk salat di masjid setempat dan sekarang akan mempertimbangkan 'pengaturan' baru dari Senin hingga Kamis. Seorang juru bicara dari pihak sekolah mengatakan, bahwa sekolah sudah memfasilitasi untuk para siswa bisa beribadah di wilayah gedung sekolah untuk ibadah salat Jumat, dengan ini sebagai bagian dari upaya tinjauan, sekolah akan akan mempertimbangkan pengaturan lokasi ibadah pada Senin hingga Kamis.
“Sekolah Loxford telah memfasilitasi untuk beribadah di sekolah sejak kepala sekolah saat ini mengambil jabatannya pada tahun 2007. Di mana ini didukung oleh sejumlah besar staf, siswa tidak pernah diarahkan untuk salat di luar. Sebagai sekolah yang terbuka dan beragam, kami menangani masalah kesejahteraan dengan sangat serius,” ungkap sang juru bicara.
Selain itu, sang juru bicara menambahkan para siswa juga memiliki pilihan untuk melakukan ibadah salat selama waktu istirahat makan siang dengan persetujuan orangtua.
‘Kami menjaga pengaturan ini di bawah pengawasan dan tentu saja akan mencari pendapat dari pihak dewan sekolah, siswa, guru, orang tua dan masyarakat dan bekerja dengan tim masyarakat setempat dan Imam Ajmal Masroor. Kami akan berusaha membuka ruang kontemplasi untuk semua siswa setelah semester setengah Mei. Para siswa, staf, dan komunitas Loxford School telah bekerja bersama untuk menciptakan sekolah yang luar biasa dengan tradisi inklusi yang bangga dalam komunitas yang beragam,” pungkasnya.
(Renny Sundayani)