SEBAGAI daerah yang penduduknya mayoritas Muslim, tentu saja kehidupan bernuansa Islam sangat kental di Kota Padang. Salah satu yang membuat daerah ini terasa religius adalah keberadaan Masjid Raya Sumatera Barat yang terletak di jantung kota, yakni di Jalan Khatib Sulaiman.
Pembangunan Masjid Raya Sumatera Barat tersebut juga merupakan salah satu simbol kebangkitan Padang paska diluluhlantakkan gempa pada 2009. Hal ini pula yang membuat Rumah Allah ini dibangun sebagai masjid ramah gempa.
Luasnya mencapai 18.000 meter persegi di atas lahan seluas 40.000 meter persegi. Masjid ini dirancang oleh Rizal Muslimin dengan teknologi ramah gempa sehingga tidak akan rubuh meski bumi berguncang hingga 10 magnitudo.
Selain sebagai rumah ibadah, Masjid Raya Sumetera Barat dikonsep sebagai lokasi evakuasi warga jika sewaktu-waktu gempa atau tsunami terjadi.
“Jadi masjid ini sengaja dibuat besar agar bisa jadi shelter evakuasi bencana gempa dan tsunami. Di jalan-jalan raya sudah ada rambu-rambunya diarahkan ke sini jika bencana datang,” ujar petugas Majid Raya Sumatera Barat, Riki Mardano kepada Okezone beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan bahwa masjid berlantai 3 ini sanggup menampung sekitar 10.000 jamaah. Ia mencontohkan, lantai 2 saja berkapasitas sekitar 3.000 jamaah.
“Hanya saja ini tidak pernah penuh, paling pas Salat Idul Fitri saja lantai 2 penuh, sampai kira-kira 3.000 jamaah,” tutur Riki.
Masjid Raya Sumatera Barat dilengkapi 6 titik tempat berwudhu, masing-masing 2 titik di tiap lantai. Sudah begitu di masing-masing titik tempat berwudhu ada puluhan keran sehingga jamaah dijamin tidak berdesak-desakan ketika ber-thaharah.
Sementara itu pantauan Okezone, masjid ini juga ramah lingkungan. Contohnya dibuat tanpa AC dan hanya mengandalkan konsep dinding-dinding dan penyekat berlubang untuk memperlancar sirkulasi udara.
Selain itu air bekas wudhu dialirkan ke beberapa kolam yang di dalamnya terdapat ikan-ikan peliharaan. Sudah begitu di teras-teras masjid juga terdapat taman-taman yang semakin menunjukkan bahwa Masjid Raya Sumatera Barat adalah rumah ibadah bernuansa alami.
Semua itu dipadukan dengan konsep rumah gadang, di mana atap kebanggaan warga Minang tersebut dibuat menyerupai rumah gadang. Yakni atapnya berupa gonjong yang bentuknya seperti selembar kain yang masing-masing ujungnya ditarik ke atas.
Lebih lanjut di sisi dalam, masjid ini dihiasi ukiran-ukiran berwarna emas bertuliskan asmaul husna atau nama-nama Allah. Sankin indahnya, masjid ini tak hanya dijadikan sebagai tempat beribadah, namun juga telah tumbuh menjadi destinaswi wisata.
“Wisatawan yang ke sini ada yang dari Malaysia, namun kebanyakan wisatawan lokal seperti dari Pekanbaru, Dumai, dan lain-lain,” tutur Riki.
Di sisi lain ia menjelaskan bahwa ulama-ulama kondang silih berganti berkunjung ke Masjid Raya Sumatera Barat. Beberapa di antaranya menyempatkan diri berdakwah.
“Ustadz-ustadz terkenal sering ke sini, misalnya Abdul Somad, Das’ad Latif. Masih banyak lagi, saya lupa nama-namanya,” ucap Riki.
(Abu Sahma Pane)