ALLAH tidak mempersulit hambanya ketika hendak beribadah, buktiknya musafir boleh menyingkat rakaat salatnya dalam bentuk salat qasar.
Namun dalam pelaksanaannya tentu harus mengikuti aturan yang ada. Salah satu yang jadi pertanyaan bagi seorang musafir adalah hukum musafir yang hendak salat qasar mengikuti salat berjamaah yang diimamin oleh muqim, atau dengan kata lain musafir jadi makmum imam muqim.
Muqim dalam hal ini ialah salat berjamaah oleh Muslim setempat dan dipimpin oleh imam setempat pula. Kemudian salat tersebut diikuti oleh seorang musafir yang ketinggalan rakaat salat berjamaah. Dengan kondisi seperti ini, bolehkan musafir melaksanakan qasar dengan bergabung ke salat berjamaah tersebut?
Dikutip dari laman Muslim.or.id pada Selasa (31/12/2019), dalil-dalil permasalahan ini berdasarkan riwayat dari Musa bin Salamah, beliau menceritakan:
كُنَّا مَعَ ابْنِ عَبَّاسٍ بِمَكَّةَ، فَقُلْتُ: إِنَّا إِذَا كُنَّا مَعَكُمْ صَلَّيْنَا أَرْبَعًا، وَإِذَا رَجَعْنَا إِلَى رِحَالِنَا صَلَّيْنَا رَكْعَتَيْنِ. قَالَ: تِلْكَ سُنَّةُ أَبِي الْقَاسِمِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Dulu kami bersama Ibnu ‘Abbas di Makah. Aku katakan, “Jika kami salat bersama kalian (penduduk Makah), kami salat empat raka’at. Jika kami kembali ke rombongan kami, kami salat dua raka’at.” Ibnu ‘Abbas berkata, “Itulah sunnahnya Abul Qasim (Muhammad) shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Ahmad 3: 357) [1]
Demikian pula, diriwayatkan dari Musa bin Salamah, beliau berkata,
سَأَلْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ: كَيْفَ أُصَلِّي إِذَا كُنْتُ بِمَكَّةَ، إِذَا لَمْ أُصَلِّ مَعَ الْإِمَامِ؟ فَقَالَ: رَكْعَتَيْنِ سُنَّةَ أَبِي الْقَاسِمِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Aku bertanya kepada Ibnu ‘Abbas, bagaimana kalau aku salat ketika aku berada di Makah, jika aku tidak salat bersama imam (penduduk Makah)? Ibnu ‘Abbas berkata, “(salatlah) dua raka’at, itu adalah sunnah Abul Qasim (Muhammad) shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Muslim no. 688)