Sikap Orang Beriman terhadap Tetangga yang Kelaparan

, Jurnalis
Rabu 10 Juni 2020 16:38 WIB
Ilustrasi. (Foto: Dok Okezone/Heru Haryono)
Share :

PANDEMI corona virus disease (covid-19) menimbulkan dampak kepada semua pihak. Pengaruhnya bisa dirasakan dari sisi sosial hingga ekonomi.

Mengutip dari Sindonews, Rabu (10/6/2020), contoh nyata permasalahan tersebut di tengah masyarakat, ada seorang ibu rumah tangga di Kota Serang, Provinsi Banten, meninggal dunia diduga karena kelaparan akibat tidak memiliki makanan. Perempuan itu bersama keluarganya menahan lapar selama dua hari hanya dengan meminum air minum galon.

Kemudian di Kota Batam, Kepulauan Riau, seorang pria yang menanggung empat anaknya kehabisan uang untuk membeli makanan. Ia menawar-nawarkan ponsel bekasnya seharga Rp10 ribu untuk membeli beras.

Dua kasus yang terjadi di tengah masyarakat ini menjadi sindiran bagi semua orang, termasuk kaum Muslimin. Setiap orang jangan hanya menyatakan beriman, namun juga wajib sensitif dan peduli terhadap tetangga.

Islam telah mengatur hubungan antarmanusia dengan pola interaksi yang mengedepankan nilai-nilai luhur, sehingga hubungan dan komunikasi antartetangga tetap terjalin baik serta harmonis. Umat dianjurkan berbuat baik terhadap tetangga.

Islam mengajarkan:

- لَيْسَ الْمُؤْمِنُ الَّذِيْ يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائْعٌ إِلٰى جَنْبِهِ .

Artinya: "Tidaklah mukmin, orang yang kenyang, sementara tetangganya lapar sampai ke lambungnya."

Hadis ini diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam Al Adab Al Mufrad (112). Al Hakim menilai hadis ini sanadnya sahih.

Ada dua kesalahan fatal yang dilakukan orang yang kenyang tersebut sehingga disinggung oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam hadis ini.

Pertama, ia tidak peduli terhadap orang lapar, sedangkan bisa merasakan kenyang dan mampu berbagi makanan.

Kedua, ia tidak peduli dengan tetangga. Orang paling dekat rumahnya dengan dirinya. Seharusnya dialah orang pertama yang mengetahui keadaan tetangganya sehari-hari.

Allah Subhanahu wa ta’ala menyebutkan bahwa termasuk orang bodoh adalah orang yang tidak jeli melihat tanda-tanda kemiskinan kepada seseorang.

لِلْفُقَرَاءِ الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِي الْأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُمْ بِسِيمَاهُمْ لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا

Artinya: "(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang tidak mampu berjihad di jalan Allah; mereka tidak dapat berusaha di muka bumi; orang yang jahil menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu bisa mengenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak." (QS Al Baqarah: 273)

Kalau sering berkunjung ke rumah tetangga, dan membuka mata dengan jeli, membuka hati dengan teliti, pasti akan terlihat tanda-tanda yang dibutuhkan oleh tetangga.

Lalu, apakah masih menunggu agar tetangga datang meminta di depan pintu rumah kita? Sungguh tidak berperasaan bila bersikap seperti itu.

Dalam Alquran Surah Az-Zariyat Ayat 19, Allah Subhanahu wa ta’ala sebutkan salah satu sifat orang bertakwa:

وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ

Artinya: "Di dalam harta mereka ada hak yang ditunaikan untuk peminta-minta dan juga orang mahrum."

Maksud dari mahrum adalah orang yang butuh tapi tidak mau meminta kepada orang lain. Lebih dari itu, banyak hadis yang menekankan agar Muslimin peduli dengan tetangga.

Dari Aisyah Radhiyallahu anha berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

"Jibril terus-menerus berwasiat kepadaku untuk berbuat baik terhadap tetangga, sampai-sampai aku mengira dia akan menjadikannya sebagai ahli waris." (Diriwayatkan oleh Al Bukhari Nomor 6014 dan Muslim 2624).

Lebih spesifik lagi, dari Abu Dzar Radhiyallahu anhu berkata:

"Kekasihku Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam berwasiat kepadaku: 'Kalau kamu memasak sayur, maka perbanyaklah kuahnya. Kemudian lihatlah keluarga dari tetanggamu, dan berilah mereka daripadanya dengan baik'." (HR Muslim)

Dalam riwayat lain, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

"Wahai Abu Dzar, jika kamu masak sayur, maka perbanyaklah kuahnya dan perhatikanlah tetanggamu." (HR Muslim).

Dari Abu Sa'id Al Khudri Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

"Tidak halal sedekah diberikan kepada orang kaya, kecuali fisabilillah, orang yang dalam perjalanan atau tetangga fakir yang diberi sedekah kemudian memberikan hadiah kepadamu atau mengundangmu." (Diriwayatkan oleh Abu Dawud 1635)

Tetangga adalah saksi bagi seseorang. Baik-buruknya orang tergantung penilaian tetangga.

Dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu anhu berkata, "Seseorang bertanya kepada Nabi: 'Bagaimana saya bisa tahu bahwa saya telah berbuat baik dan berbuat jelek?' Beliau menjawab: 'Jika kamu mendengar tetanggamu berkata 'Engkau telah berbuat baik', maka berarti kamu telah berbuat baik. Dan jika kamu mendengar mereka berkata 'Engkau telah berbuat jelek' maka berarti engkau telah berbuat jelek." (HR Ahmad 1/402)

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

"Dan barang siapa yang berusaha memenuhi kebutuhan saudaranya maka Allah juga akan berusaha memenuhi kebutuhannya." (HR Bukhari Nomor 2442)

Sesungguhnya berusaha memenuhi keperluan kaum Muslimin dan melonggarkan kesedihan mereka merupakan upaya mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dan menjadi penyebab terpenuhinya kebutuhan hamba tersebut, dilonggarkan kesedihan, dan dilenyapkan kedukaannya.

Semoga Allah Subhanahu wa ta'ala selalu menebalkan kepedulian antarsesama sehingga bisa meraih gelar mutakin dengan amal sedekah. Aamiin Ya Rabbal Alamin.

(Hantoro)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya