Kisah Muslim Rohingya Disiksa hingga Terdampar ke Aceh

, Jurnalis
Senin 13 Juli 2020 19:18 WIB
Muhammad Yusuf, pengungsi Rohingya membaca Alquran di kamp penampungan di Lhokseumawe, Aceh (BBC/Hidayatullah)
Share :

Ditolong para nelayan Aceh

Muhammad Yusuf mengatakan awalnya ada tiga kapal yang berangkat.

Satu kapal yang berisi orang Burma telah kembali ke Bangladesh, satu kapal masih berada di laut, sementara kapal yang dinaikinya mengalami kerusakan mesin.

Menurut Muhammad Nabi, orang-orang Burma meninggalkan mereka begitu kapal mereka rusak di tengah laut.

"Mereka orang Burma lari dengan satu kapal lagi ke Bangladesh, setelah mesin kapal kami rusak," ujarnya.

Selama terkatung-katung di laut, mereka meminum air laut.

"Satu hari makan, tiga hari tidak makan. Kalau haus kita harus mengambil baju untuk mengambil air laut, baru kemudian diperas dan diminum," kata Muhammad Nabi.

Setelah terombang ambing di laut selama 4,5 bulan, mereka ditolong sejumlah nelayan Aceh yang melihat kapal yang mereka tumpangi naik turun dibawa ombak tanpa mesin yang berfungsi.

Berdasarkan kesaksian beberapa nelayan Aceh, kapal yang ditumpangi para pengungsi Rohingya rusak sekitar 80 mil dari pesisir Pantai Seunuddon, Kabupaten Aceh Utara, sehingga air menutupi hampir setengah lambung kapal.

Muklisin, kapten kapal yang melakukan penjemputan mengatakan "waktu saya merapat ada yang menangis, ada saya lempar [minuman dan makanan] dan mereka berebutan karena kelaparan dan kehausan," katanya.

Menanti kejelasan nasib

Muhammad Yusuf kini hidup bersama 98 pengungsi Rohingya lainnya di Balai Latihan Kerja (BLK) Desa Mee Kandang, Lhokseumawe, Aceh.

Ke-43 orang dewasa dan 56 anak-anak itu masih menunggu kepastian terkait nasib mereka.

Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengatakan perlu dilakukan langkah-langkah preventif guna mencegah warga Rohingya tidak menjadi korban perdagangan manusia.

Menlu Retno Marsudi menyebut upaya repatriasi ribuan warga Rohingya dari kamp-kamp pengungsian di Bangladesh ke Rakhine State, Myanmar, harus terus diprioritaskan oleh ASEAN, walau rencana repatriasi hingga kini belum dapat terlaksana mengingat situasi keamanan dan pandemi Covid-19.

Otoritas Indonesia juga tengah menyelidiki kemungkinan adanya unsur penyelundupan manusia sehingga migran ireguler tersebut menjadi korban.

"Penyelundupan manusia adalah kejahatan yang harus dihentikan dan memerlukan kerja sama kawasan dan internasional. Perjalanan laut yang tidak aman ini dipastikan akan terus terjadi sepanjang akar masalah tidak diselesaikan," kata keterangan resmi Kemlu.

(Salman Mardira)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya