Sejak usia enam tahun, Alya mulai belajar tarian dan nyanyian Minang. Keterampilannya terus diasah. Kini dia fasih berbahasa Minang, pandai bermain biola, bermain Randai, teater khas Minangkabau, hingga berpantun.
“Tigo balai barumah gadang
adonyo di pakan sinayan
ambo ketek jolong ka gadang
kok salah tolong ingekan.”
Bersama Rumah Gadang USA, dia telah tampil dalam berbagai pertunjukkan di seluruh AS.
“Mengikuti bermacam festival di antaranya Richmond Folklife Festival, Smithsonian Folklife Festival, the Kennedy Center, dan negara bagian lain... Di samping itu kami sering mengisi acara budaya di KBRI Washington DC,” paparnya.
Dan saat pandemi, dia diundang mengisi seminar virtual sebagai “padusi milenial” oleh Minang Diaspora Network baru-baru ini.
Afdal mengaku bangga dengan putrinya yang tetap memegang teguh adat budaya, meski jauh di Amerika, seperti pepatah Minang, “Setinggi-tingginya bangau terbang, namun pulangnya ke kubangan jua. Sejauh-jauhnya pergi merantau, kampung halaman terbayang jua.”
(Vitrianda Hilba Siregar)