JAKARTA - Istidraj perlu diketahui kaum Muslimin. Istidraj jika dicontohkan seperti bisnisnya lancar dan omset besar tapi melalaikan sholat. Karirnya naik terus dan orang-orang hormat tapi tidak memakai jilbab.Jadi itulah istidraj yaitu merasa bahagia di dunia padahal itu adalah hukuman baginya dari Allah Ta’ala. Mengapa. Karena dia bahagia tidak diatas landasan Agama Islam yang benar.
Allah biarkan bahagia sementara di dunia, Allah biarkan merasa akan selamat dari ancaman Allah di akhirat kelak, Allah tidak peduli kepadanya.
Maka itulah istidraj sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
Baca Juga: Usaha Menjauhkan Umat Islam dari Al-Quran Perbuatan Sia-sia
“Bila engkau melihat Allah Ta’ala memberi hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan) dari Allah.”
"Jadi sering-sering muhasabah antara nikmat dan istidraj," ujar Ustaz dr Raenul Bahraen dalam akun Instagramnya dikutip pada Ahad (30/5/2021).
Baca Juga: Meninggalkan Sholat Wajib Secara Sengaja Dosanya Melebihi Pelaku Pembunuhan
Dia juga mengingatkan sudah sepatutnya seorang musim berilmu, yaitu bagaimana membedakan antara nikmat dan istidraj dengan sering-sering bermuhasabah.
Mengenai ayat menyinggung soal ini yakni:
اَفَاَمِنُوۡا مَكۡرَ اللّٰهِ ۚ فَلَا يَاۡمَنُ مَكۡرَ اللّٰهِ اِلَّا الۡقَوۡمُ الۡخٰسِرُوۡنَ
Afa aminoo makral laah; falaa yaamanu makral laahi illal qawmul khaasiroon
“Maka apakah mereka merasa aman dari makar Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dan makar Allah kecuali orang-orang yang merugi.” [QS. Al-A’raf: 99]
Syaikh Muhammad bin Abdul Aziz Al-Qar’awi menjelaskan,
“Makar Allah adalah istidraj bagi pelaku maksiat dengan memberikan kenikmatan/kebahagiaan… mereka tidak memuliakan Allah sesuai dengan hak-Nya. Mereka tidak merasa khawatir [tenang-tenang saja] dengan istidraj [jebakan] kenikmatan-kenikmatan bagi mereka, padahal mereka terus-menerus berada dalam kemaksiatan sehingga turunlah bagi mereka murka Allah dan menimpa mereka azab dari Allah.”
(Vitrianda Hilba Siregar)