SHOLAT sunah qabliyah subuh mempunyai nilai keutamaan yang sangat tinggi. Bahkan disebutkan keutamaanya lebih baik daripada seisi dunia.
Rasulullah SAW bersabda,
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
"Sholat sunah dua raka'at sebelum Subuh lebih baik daripada dunia dan isinya." [HR. Muslim dari Aisyah radhiyallaahu'anha]
Rasulullah SAW juga bersabda,
لَهُمَا أَحَبُّ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا جَمِيعًا
"Dua raka’at sholat sunnah sebelum Subuh lebih aku sukai daripada seluruh nikmat dunia." [HR. Muslim dari Aisyah radhiyallahu’anha]
Baca Juga: Kisah Petugas Pemulasaran Pria Memandikan Jenazah Perempuan, Jasad Menitikan Air Mata
Ustaz Sofyan Ruray menjelaskan, Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu’anha berkata,
لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم عَلَى شَيْءٍ مِنَ النَّوَافِلِ أَشَدَّ تَعَاهُدًا مِنْهُ عَلَى رَكْعَتَيِ الْفَجْرِ
“Tidak ada sholat sunnah yang paling dijaga Nabi shallallahu’alaihi wa sallam melebihi sholat dua raka’at sebelum Shubuh.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
Ringkasan Beberapa Permasalahan
1. Nikmat ibadah jauh lebih besar daripada semua nikmat dunia, karena nikmat ibadah pahalanya kekal di surga, sedangkan nikmat dunia akan musnah.
Asy-Syaikh Ibnul Utsaimin rahimahullah berkata,
هاتان الرَّكعتان خيرٌ مِن الدُّنيا وما فيها؛ لأنَّ هاتين الرَّكعتين باقيتان والدُّنيا زائلة
"Dua raka'at qobliyah Shubuh lebih baik daripada dunia dan isinya karena pahalanya kekal, dan dunia akan musnah." [Asy-Syarhul Mumti', 2/70]
2. Keutamaan sholat sunnah dua raka'at sebelum Shubuh sangat besar, melebihi semua sholat sunnah rawatib, dan hukumnya sunnah mu'akkadah.
Al-Imam An-Nawawi Asy-Syafi’i rahimahullah berkata,
فِيهِ دَلِيلٌ عَلَى عِظَمِ فَضْلِهِمَا وَأَنَّهُمَا سُنَّةٌ لَيْسَتَا وَاجِبَتَيْنِ وَبِهِ قَالَ جُمْهُورُ الْعُلَمَاءِ
"Dalam hadits di atas terdapat dalil atas agungnya keutamaan sholat dua raka’at qobliyah Shubuh, dan bahwa hukumnya sunnah, tidak wajib, ini pendapat mayoritas ulama." [Syarh Muslim, 6/4]
Baca Juga: Apakah Hewan Akan Dihisab saat Hari Kiamat Seperti Manusia, Begini Penjelasannya
3. Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam selalu mengerjakannya dalam keadaan mukim maupun safar, bahkan beliau mengqodhonya ketika tertinggal saat safar.
Sahabat yang Mulia Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan,
عَرَّسْنَا مع نَبِيِّ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ، فَلَمْ نَسْتَيْقِظْ حتَّى طَلَعَتِ الشَّمْسُ، فَقالَ النبيُّ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ: لِيَأْخُذْ كُلُّ رَجُلٍ برَأْسِ رَاحِلَتِهِ، فإنَّ هذا مَنْزِلٌ حَضَرَنَا فيه الشَّيْطَانُ، قالَ: فَفَعَلْنَا، ثُمَّ دَعَا بالمَاءِ فَتَوَضَّأَ، ثُمَّ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ، وَقالَ يَعْقُوبُ: ثُمَّ صَلَّى سَجْدَتَيْنِ، ثُمَّ أُقِيمَتِ الصَّلَاةُ فَصَلَّى الغَدَاةَ
"Kami singgah di akhir malam bersama Nabiyullah shallallahu’alaihi wa sallam dalam sebuah perjalanan jauh, maka kami tidak terbangun untuk sholat Shubuh sampai terbit matahari. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam pun bersabda: 'Hendaklah setiap orang mengambil hewan tunggangannya dan pindah dari tempat ini, karena sesungguhnya tempat ini didatangi oleh setan'. Abu Hurairah berkata: 'Kami pun melakukan perintah beliau. Kemudian beliau meminta air wudhu, lalu beliau berwudhu, kemudian beliau sholat qobliyah Shubuh dua raka’a't. Ya'kub berkata: 'Kemudian beliau sholat dua raka’at qobliyah Shubuh, kemudian iqomah dikumandangkan, lalu beliau sholat Shubuh'." [HR. Muslim]
Baca Juga: Rambut Rasulullah SAW Panjang hingga Menyentuh Bahu, Benarkah Demikian?
Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata,
وكان من هديه في سفره الاقتصار على الفرض ولم يحفظ عنه أنه صلى سنة الصلاة قبلها ولا بعدها إلا ما كان من الوتر وسنة الفجر فإنه لم يكن ليدعهما حضرا ولا سفرا
“Dan termasuk petunjuk Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dalam safar (perjalanan jauh) hanya melakukan sholat wajib. Dan tidak diriwayatkan beliau sholat sunnah qobliyah dan ba’diyah kecuali sholat witir dan qobliyah Shubuh, sesungguhnya beliau tidak pernah meninggalkan dua sholat sunnah ini saat mukim maupun safar.” [Zaadul Ma’ad, 1/473]