Kedua: Menempuh sebab-sebab yang disyari’atkan untuk mencegah sihir, diantaranya adalah makan kurma ‘ajwa, lebih afdhal ‘ajwa Madinah tujuh butir setiap pagi. Asy-Syaikh Al-‘Allamah Ibnu Baz rahimahullah berkata,
وقد صح عنه صلى الله عليه وسلم : « من تصبح بسبع تمرات من عجوة المدينة لم يضره سحر ولا سم » ، وفي رواية : « مما بين لابتيها » ، يعني : من جميع تمر المدينة , العجوة وغير العجوة , كما رواه مسلم في الصحيح , ويرجى أن ينفع الله بذلك التمر كله , لكن نص على المدينة ; لفضل تمرها والخصوصية فيه , ويرجى : أن الله ينفع ببقية التمر إذا تصبح بسبع تمرات , وقد يكون صلى الله عليه وسلم ذكر ذلك ؛ لفضل خاص , ومعلم خاص لتمر المدينة لا يمنع من وجود تلك الفائدة من أنواع التمر الأخرى التي أشار إليها عليه الصلاة والسلام , وأظنه جاء في بعض الروايات : “من تمر” من غير قيد
“Dan telah shahih dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam,
مَنْ تَصَبَّحَ بِسَبْعِ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً، لَمْ يَضُرَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ سُمٌّ، وَلَا سِحْرٌ
“Barangsiapa yang memakan tujuh butir kurma ‘ajwa Madinah di waktu pagi maka tidak ada sihir atau racun yang membahayakannya.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
Dan dalam riwayat yang lain,
مِمَّا بَيْنَ لَابَتَيْهَا
“(Kurma) yang berasal dari antara dua bukitnya (Madinah) yang berbatu hitam.” (HR. Muslim)
Maknanya, dari seluruh jenis kurma Madinah, apakah ‘ajwa atau selain ‘ajwa, sebagaimana yang diriwayatkan Imam Muslim dalam Ash-Shahih tersebut.
Dan diharapkan semoga Allah ta’ala memberikan manfaat dengan seluruh jenis kurma, akan tetapi teks hadits adalah kurma Madinah, karena keutamaan kurmanya dan kekhususannya. Dan diharapkan semoga Allah memberikan manfaat dengan semua jenis kurma jika seseorang memakan tujuh butir kurma di waktu pagi.
Dan bisa jadi pula, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menyebutkan kurma Madinah karena keutamaan dan keistimewaan khusus yang dimilikinya, tetapi tidak menghalangi adanya faidah dari jenis-jenis kurma lainnya yang telah diisyaratkan oleh Nabi ‘alahis sholaatu was sallam, yaitu aku mengira telah datang pada sebagian riwayat, “Dari kurma mana saja” tanpa adanya pengkhususan (terhadap kurma ‘ajwa atau Madinah saja).”
(Vitrianda Hilba Siregar)