Dia menerangkan, mufasir yang juga ahli hadis, Al Qurtuby, menyebutkan adanya riwayat yang menyatakan bahwa adanya penyebutan istilah Jum'ah itu karena ada kata Jama'a dalam bahasa Arab yang berarti 'mengumpulkan' dan selanjutnya dimaknai sebagai 'berkumpulnya manusia (di hari itu) untuk menunaikan sholat'.
Lalu istilah ini digunakan untuk penamaan hari dilaksanakannya syariat tersebut. "Pada sejarahnya, istilah Jumat sebenarnya bisa dikatakan sebagai bentuk dari Islamisasi istilah dari nama sebelumnya."
"Al Qurtuby juga menyebutkan riwayat yang menunjukkan adanya perubahan penggunaan nama hari dari masyarakat di zaman jahiliah yang menyebutnya sebagai hari Arubah," jelasnya.
Baca juga: Simak Jadwal Sholat Hari Ini Jumat 24 Juni 2022M/24 Dzulqa'dah 1443H
Farid melanjutkan, dalam tradisinya, masyarakat Arab jahiliyah melalui waktu dengan pekerjaan masing-masing pada hari pertama (Ahad) hingga hari kelima (Kamis), lalu berpesta dengan hasilnya pada hari Arubah.
Selanjutnya turunlah ayat dari Surat Jum'ah yang mensyariatkan Sholat Jumat bagi umat Islam sebagai pertanda perbedaan dengan tradisi jahiliah.
"Pada aspek hikmahnya, ahli tafsir Syekh Sya'rawi dalam suatu wawancara menyebutkan bahwa salah satu hikmah Sholat Jumat adalah hikmah perbaikan bagi kehidupan sosial. Di sana terjadi sinergi antara ulama dan umatnya," ungkapnya.
Baca juga: Sunah-Sunah di Hari Jumat, Nomor 8 Belum Banyak diketahui: Larangan saat Menyimak Khotbah!
Ulama yang memiliki otoritas dalam keilmuan diamanahi untuk membimbing umat. Lalu bertemu dalam suatu majelis dengan umat manusia yang dalam kehidupan sehari-harinya tidak luput dari kesalahan.
Lantas terjadilah perbaikan pada diri manusia tadi. Perbaikan diri dan semangat baru yang dihasilkan dari perkumpulan inilah yang disebut sebagai keberkahan.
"Keberkahan individu yang diteruskan kepada keberkahan pada tingkat sosial. Keberkahan seperti inilah yang nantinya sering kita kenal dengan ungkapan Jumat Mubarak," paparnya.
Allahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)