Para warga hanya terdiam, sebab mana mungkin ada manusia yang tidak punya salah, bahkan anak kecil pun pernah melakukan kesalahan. Akhirnya para warga membubarkan diri, sementara si pencuri dibawa oleh tuan menteri dengan dalih akan diproses di pengadilan.
Tapi kenyataannya di tengah jalan si pencuri malah dibebaskan dan disuruh pulang. Usut punya usut ternyata si pencuri adalah sahabat karib tuan menteri.
Beberapa hari kemudian si pencuri kembali beraksi dan setiap kali tertangkap warga, tuan menteri selalu datang menolong. Begitulah seterusnya hingga suatu ketika si pencuri menyatroni rumah Abu Nawas.
Kebetulan saat itu Abu Nawas baru saja mendapat hadiah emas dari Baginda Raja. Ketika si pencuri masuk ke rumah dan hendak mengambil emas tersebut, Abu Nawas keburu memegokinya.
"Hai pencuri kurang ajar," ucap Abu Nawas.
Bukannya kabur, si pencuri malah dengan tenang berjalan keluar meninggalkan Abu Nawas. Hal ini membuat Abu Nawas bertambah emosi. Abu Nawas lantas langsung memukul dan membekuknya. Si pencuri pun berteriak kesakitan.
Mendengar ada kegaduhan di rumah Abu Nawas, warga-warga pun segera berdatangan. "Ada apa Abu Nawas?" tanya salah satu warga.
"Orang ini hendak mencuri di rumahku," jawab Abu Nawas.
"Lagi-lagi dia, seakan tidak ada kapoknya," ucap salah satu warga.
Tidak lama lagi pasti akan dibebaskan tuan menteri," ujar warga yang lain.
"Kita hukum saja ramai-ramai sebelum tuan menteri datang," sahut warga lain.
Tapi sayangnya niat tersebut tidak terlaksana, sebab tuan menteri dan para pengawal segera mendatangi rumah Abu Nawas. Tuan menteri lalu mengamankan si pencuri dengan melepaskannya dari tangan warga. Si pencuri kini berdiri di samping tuan menteri.
"Sudah saya peringatkan berkali-kali, kalian tidak boleh main hakim sendiri. Kalau ada yang berani menyakitinya, aku tidak segan-segan menghukum kalian," ancam tuan menteri kepada para warga.
"Tapi bagi siapa saja yang tidak pernah memiliki kesalahan selama hidupnya boleh memukul atau melempar batu ke pencuri ini. Ayo silakan bila kalian merasa sok suci," bentak tuan menteri.
Mendengar itu, para warga pun terdiam seketika. Tapi tidak bagi Abu Nawas, diam-diam ia mengambil dua batu besar lalu dilemparkan ke arah langit secara bersamaan.
Saat dua batu tersebut kembali turun ke bawah, masing-masing mengenai kepala si pencuri dan tuan hakim. Sontak si pencuri langsung pingsan jatuh tersungkur. Dari kepalanya keluar darah bercucuran.
Begitu juga dengan tuan menteri. Meski tidak pingsan, dia mengalami sakit yang luar biasa dari kepalanya hingga bercucuran darah cukup banyak.
"Kurang ajar! Siapa yang berani berbuat lancang melempar batu?" teriak tuan menteri penuh emosi.