Setelah selesai jalan-jalan, Abu Nawas pamit pulang kepada sahabatnya. Sesampainya di rumah, dia terus memikirkan kejadian yang dilihat di pasar burung.
"Aku tidak habis pikir kenapa burung sekecil itu bisa laku dengan harga yang mahal. Oh iya, bukankah aku punya seekor ayam. Kalau aku jual di sana pasti harganya akan mahal, karena ayamku tubuhnya lebih besar dan lebih banyak dagingnya," pikir Abu Nawas.
Keesokan harinya Abu Nawas kembali berangkat menuju kota sahabatnya dengan membawa seekor ayam. Kali ini ia tidak mampir ke rumah sang sahabat, melainkan langsung menuju pasar hewan.
Setibanya di sana, Abu Nawas menawarkan ayamnya kepada orang-orang dengan harga 200 dinar.
"Berapa harganya tuan?" tanya salah satu pembeli.
"Murah kawan, hanya 200 dinar," jelas Abu Nawas.