RAMADHAN atau bulan puasa adalah waktu di mana umat Isam panen pahala atau kalau dalam istilah para pemain game Dota atau Mobile Legend adalah bulan farming. Hal ini mengacu pada hadits sahih riwayat Imam Muslim yang menjelaskan kalau Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam menjelaskan, jika satu kebaikan anak Adam akan dibalas dengan 10 hingga 700 kali lipat pahala, namun berbeda dengan ibadah puasa. Allah Azza wa Jalla menjanjikan balasan khusus bagi kaum Muslimin yang berpuasa karena keimanan dan ketakwaan.
Hal ini harusnya menjadi kebahagiaan bagi kita semua karena Raffi Ahmad si Sultan Andara saja kalau kasih hadiah khusus ke pegawai atau follower-nya pasti bikin kebanyakan orang ngiler, apalagi kalau yang menjanjikan hadiah adalah Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dzat Yang Maha Kaya, di mana sudah pasti nilainya bisa berkali-kali lipat lebih menggiurkan.
Menjalankan puasa untuk pertama kalinya di Polandia membuat saya tersadar bahwa farming pahala di perantauan tidak seperti membalik telapak tangan. Populasi Muslim di negara ini terbilang sedikit, bahkan tidak mencapai 1 persen dari total populasi masyarakat secara keseluruhan, sehingga suasana puasa menjadi tidak terasa.
Tidak seperti di Indonesia, di Polandia suara adzan dari pelantang masjid tidak nyaring terdengar ketika waktu-waktu sholat. Apalagi senandung suara ngaji tadarus atau bahkan playlist lagu-lagu religi seperti Maher Zain atau Nissa Sabyan yang sering diputar oleh operator pelantang masjid menjelang buka puasa, khususnya ya masjid yang ada di kampung-kampung.
Hal ini tentu saja dikarenakan jumlah masjid di Polandia yang terbilang sangat sedikit jika dibandingkan di Tanah Air. Di Kota Warsawa khususnya tempat saya menimba ilmu saat ini, mungkin hanya ada empat masjid yang lokasinya berjauhan satu sama lain.
Vibes bulan puasa juga akan terasa kurang buat saya dan teman-teman lainnya, tipikal orang Indonesia penganut budaya ngabuburit garis keras. Kami merasa sedikit kesepian karena tidak melihat adanya barisan pedagang kue basah, aneka es, kolak, gorengan dan menu-menu street food andalan lain yang sering ditemui di hampir setiap ruas jalan di dekat rumah.
Tidak ada warung-warung tenda atau street food stall yang menjual sate, ayam bakar, bakso, lalapan atau bahkan nasi padang yang bisa dijadikan arena bukber yang tidak jarang disambi reunian bersama teman-teman sekolah.
Sebaliknya, street food di Kota Warsawa hanya bisa ditemukan di tempat-tempat tertentu dan kebanyakan makanan yang dijual adalah western dessert seperti ice cream, waffle, roti-roti, hingga minuman bersoda yang terkadang tidak cocok dengan selera.