Benarkah Puasa Muharram Paling Utama Setelah Ramadhan?

Hantoro, Jurnalis
Senin 24 Juli 2023 11:24 WIB
Ilustrasi puasa Muharram paling utama setelah Ramadhan. (Foto: Istimewa/Okezone)
Share :

BENARKAH puasa Muharram paling utama setelah Ramadhan? Simak jawabannya berikut ini secara lengkap, berdasarkan penjelasan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Dilansir mui.or.id, diterangkan bahwa Muharram merupakan bulan mulia dalam Islam. Muharram menjadi bulan pertama dalam kalender Hijriah dan termasuk satu dari empat bulan hurum atau suci.

Dikarenakan sangat istimewa, pada bulan Muharram juga terdapat beberapa amalan istimewa. Di antaranya adalah berpuasa sebanyak mungkin pada bulan Muharram.

Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam pernah bersabda:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ ؛ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ ؛ صَلَاةُ اللَّيْلِ

"Puasa paling utama setelah Ramadhan adalan berpuasa di bulan Allah, yaitu Muharram, dan sholat yang paling utama setelah sholat fardhu adalah sholat malam." (HR Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, An-Nasa'i, Ibnu Majah, Darimi, dan Ahmad) 

Mengenai penjelasan hadits tersebut, ulama menyoroti kata Syahrullah yang berarti "Bulan Allah". Julukan ini menandakan keagungan bulan Muharram.

Kemudian sebagian ulama ada yang memahami bahwa maksud puasa pada bulan Muharam adalah puasa Asyura saja, bukan seluruhnya. 

Sementara itu, Imam An-Nawawi (wafat 676 H) menjelaskan bahwa ternyata puasa pada bulan Muharram tidak hanya di hari kesepuluh yang populer disebut puasa Asyura.

Menurut beliau, hadits tersebut menunjukkan keutamaan berpuasa sunnah pada hari-hari di bulan Muharram.

Bahkan dengan jelas hadits di atas menunjukkan bahwa puasa di bulan Muharram adalah puasa paling utama setelah puasa bulan Ramadhan. 

Muharram atau Sya'ban, Mana Lebih Utama?

Dalam riwayat lain justru menunjukkan Nabi Shallallahu alaihi wassallam memperbanyak puasa pada bulan Sya'ban, bukan di bulan Muharram? Berikut hadits selengkapnya:

عَنْ أَبِي سَلَمَةَ ، قَالَ : سَأَلْتُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، عَنْ صِيَامِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَتْ : كَانَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ قَدْ صَامَ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ قَدْ أَفْطَرَ، وَلَمْ أَرَهُ صَائِمًا مِنْ شَهْرٍ قَطُّ، أَكْثَرَ مِنْ صِيَامِهِ مِنْ شَعْبَانَ، كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ، كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلَّا قَلِيلًا.

"Dari Abu Salamah ia berkata, aku pernah bertanya kepada Aisyah Radhiyallahu anha tentang puasa Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam, maka ia pun berkata, 'Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam sering berpuasa hingga kami mengira bahwa beliau akan puasa seterusnya. Dan beliau sering berbuka (tidak puasa) sehingga kami mengira beliau tidak puasa terus-menerus. Dan aku tidak pernah melihat beliau berpuasa terus sebulan penuh kecuali Ramadhan. Dan aku juga tidak pernah melihat beliau puasa sunnah dalam sebulan yang lebih banyak daripada puasanya di bulan Sya'ban. Beliau berpuasa pada bulan Sya'ban hingga sisa harinya tinggal sedikit'." (HR Muslim)

Terdapat dua jawaban dari Imam An-Nawawi terkait persoalan ini:

Pertama, menurutnya boleh jadi Nabi Shallallahu alaihi wassallam baru mengetahui keutamaan puasa Muharram di masa akhir hayatnya, beberapa saat sebelum wafat.

Kedua, boleh jadi pada bulan Muharram, Nabi Shallallahu alaihi wassallam terhalang udzur, baik karena sering sakit atau sering melakukan perjalanan sehingga puasanya tidak sesering puasa pada bulan Sya'ban. (Lihat selengkapnya An-Nawawi, Al Minhaj Syarh Shahih Muslim Ibn Hajjaj, juz 8, halaman 55)

Wallahu a'lam bisshawab

(Hantoro)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya