Apakah Orang yang Mati Syahid Tidak Perlu Disholati?

Redaksi, Jurnalis
Rabu 10 Januari 2024 17:59 WIB
Makam syuhad Perang Badar. (Foto: Tangkapan layar)
Share :

ALASAN orang yang mati syahid tidak perlu disholati akan dibahas dalam artikel berikut ini. Dalam agama Islam, syahid dianggap sebagai posisi yang sangat dihormati. Dalam bahasa Arab mengungkapkan “matinya syahid” berarti mati sebagai syahid.

Orang yang syahid atau biasa disebut dengan syuhada umumnya meninggal di medan perang. Namun ada pula di luar peperangan mereka dapat dikategorikan sebagai mati syahid, seperti tenggelam, terbakar, tertimpa bangunan, terkena pandemi, dan sebagainya.

Para syuhada akhirat tidak takut berjihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala meskipun itu berarti mengorbankan nyawa mereka. Kedudukan para syuhada sangat istimewa dalam agama Islam.

Hal ini dijelaskan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alahi Wa Sallam:

"Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat seratus derajat yang dipersiapkan oleh Allah bagi orang-orang yang berjihad di jalan Allah, dan jarak antara tingkat yang satu dengan yang lainnya sama seperti jarak antara langit dan bumi, dan jika kalian meminta kepada Allah maka mintalah surga firdaus, sebab dia adalah surga yang paling tengah dan tingkat surga yang paling tinggi. Aku melihatnya beliau bersabda: dan di atasnya adalah Arsyi Allah yang Maha Pengasih dan darinya terpancar sungai-sungai surga."

Menurut Penyuluh Agama Islam Taharudin seperti dilansir dari Kemenag Sumsel, ada kategori mati syahid:

1. Mati syahid dunia akhirat seperti dialami Syuhada mati dimedan peperangan. Mayit tidak wajib dimandikan, dikafani, disholatkan langsung dikubur.

2. Mati syahid Dunia saja, seperti dialami pejuang tetapi tidak ikhlas hanya ingin minta dikatakan Pahlawan. Kemudian,

3. Mati syahid Akhirat saja, seperti mati sakit perut, mati sedang melahirkan, mati tenggelam, tertimpa benda, mati sedang menuntut ilmu ataupun sedang mengajar dan lainnya.

Adapun alasan jenazah syahid medan perang tidak perlu dimandikan dan boleh tidak disholatkan, sebagaimana telah Okezone Muslim himpun:

1. Mengikuti zaman Rasulullah

Sebagaimana zamannya Rasulullah Shallallahu ‘alahi Wa Sallam, para ulama berpendapat bahwa jenazah para syuhada yang meninggal karena peperangan tidak perlu dimandikan atau disholatkan.

2. Setiap luka mengeluarkan harum di hari kiamat

“Jangan kalian mandikan mereka, karena setiap luka atau darah, akan mengeluarkan bau harum minyak misk pada hari kiamat,” sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam dalam hadis riwayat Imam Ahmad dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhu mengenai jasad syuhada perang Uhud.

3. Berdasarkan para syuhada Uhud

Dalam hadis riwayat bin Malik radhiyallahu anhu menerangkan bahwa jasad para syuhada tidak wajib disholatkan. “Para syuhada perang Uhud tidak dimandikan, mereka dikuburkan bersama darahnya, tidak disholatkan, selain Hamzah.”

Selain tidak perlu dimandikan dan disholatkan, Imam Syafii berpendapat mengenai jasad para syuhada yang dikafani. Hal ini dijelaskan dalam kitab Al-Umm, Imam Syafii menyatakan bahwa jenazah para syahid ini juga boleh dikafani sebagaimana jenazah kaum muslimin non-syahid jika keluarga menginginkannya. (Khusnul Khatimah)

(Maruf El Rumi)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya