Luar Angkasa Sangat Gelap, Ini Penyebabnya Kata Alquran dan Sains

Hantoro, Jurnalis
Senin 13 Mei 2024 08:43 WIB
Ilustrasi Alquran dan sains mengungkap penyebab luar angkasa gelap. (Foto: Freepik)
Share :

Fakta di atas baru diketahui 10 tahun (beberapa tahun, red) yang lalu. Ketika manusia telah mengenal atmosfer dan menaklukkannya, mengabaikan adanya penguraian cahaya, dan memasuki kegelapan yang sangat kelam, tahulah ia bahwa angkasa di luar sana sangat gelap dan hanya bintang berkilauan yang bisa dilihat.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman: "Dan kalau Kami bukakan kepada mereka salah satu pintu langit, lalu mereka terus-menerus naik ke atasnya, tentulah mereka berkata, 'Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang yang terkena sihir'." (QS Al Hijr: 14–15)

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman: "Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, dan menjadikan gelap dan terang. Namun orang-orang kafir masih menyekutukan Tuhan mereka dengan sesuatu." (QS Al An'am: 1)

Kata nur (terang, cahaya) pada ayat tersebut berkategori kata tunggal, bukan jamak. Hal ini disebabkan nur bersifat terbatas. Adapun kata zhulumat (gelap) berkategori jamak karena kegelapan terdapat banyak dan tersebar di mana-mana di seluruh jagat raya.

Fakta-fakta tersebut baru diketahui manusia pada akhir abad 20, sedangkan kitab suci Alquran telah menyebutkannya pada 1.400 tahun lalu. Ini menegaskan betapa tinggi kemukjizatan ilmiah Alquran di bidang astronomi.

Kita pun bisa melihat keindahan perumpamaan dalam Alquran dalam firman-Nya: "Dan, suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah malam. Kami kuliti (tanggalkan) siang dari malam itu maka seketika itu mereka berada dalam kegelapan." (QS Yasin: 37)

Dalam ayat tersebut, Alquran mengumpamakan berakhirnya sesi siang dengan "menguliti kulit binatang sembelihan yang tipis dari seluruh badannya". Perumpamaan ini menguatkan bahwa kegelapan adalah asal-muasal kondisi alam semesta dan bahwa siang hanya fenomena sementara atau sebentar.

Siang hanya terjadi di beberapa bagian dunia yang diliputi oleh atmosfer bumi, tepatnya pada setengah bulatan bumi yang menghadap ke matahari saat berotasi. Dengan adanya rotasi bumi, siang terkelupas dari kegelapan malam dan gulita langit secara bertahap, seperti terkelupasnya kulit binatang sembelihan dari tubuhnya.

Satu lagi yang menguatkan "kekalnya" kegelapan langit adalah apa yang ditetapkan Alquran dalam ayat yang lain. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman: "Apakah penciptaan kamu yang lebih hebat ataukah langit yang telah dibangun-Nya? Dia telah meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya (gelap gulita), dan menjadikan siangnya (terang benderang)." (QS An-Nazi'at: 27–29)

Kata ganti atau dhamir "nya" (ha) pada frasa "dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita" (wa aghthasya lailaha) merujuk pada kata "langit" (as-sama'). Itu artinya Allah Subhanahu wa ta'ala telah menjadikan malam-malamnya langit sangat hitam pekat karena kegelapannya yang tiada tara. Langit senantiasa gelap, baik ketika bumi sedang malam hari maupun siang hari saat tersinari cahaya mentari.

Allah Subhanahu wa ta'ala menggambarkan hal ini dengan firman-Nya: "Dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita." Artinya, Allah Ta'ala menampakkan cahaya matahari bagi para penduduk bumi yang menyaksikan matahari agar mereka merasakan adanya cahaya dan kehangatan pada waktu siang hari di bumi.

Hal lain lagi yang menguatkan "kekalnya" kegelapan langit adalah sumpah Allah Subhanahu wa ta'ala atas nama siang hari tatkala sedang menampakkan matahari. Allah Ta'ala berfirman: "Demi matahari dan sinarnya pada pagi hari, demi bulan apabila mengiringinya, demi siang apabila menampakkannya, demi malam apabila menutupinya (gelap gulita)." (QS Asy-Syams: 1–4)

Maksudnya, sianglah yang menjadikan matahari tampak jelas bagi penduduk bumi yang melihatnya. Ini adalah bentuk kemukjizatan ilmiah Alquran yang lain. Telah ditetapkan bahwa sinar matahari tidak bisa dilihat kecuali dalam bentuk cahaya pada siang hari, bahwa alam semesta di luar kawasan bumi sangat gelap gulita, dan bahwa kawasan siang hari pasti memiliki karakteristik-karakteristik yang membuatnya bisa menampakkan sinar matahari guna menghidupkan bumi.

Demikianlah sebagian kemukjizatan ilmiah Alquran yang dikandung oleh Surah Al Hijr Ayat 14 dan 15. Tidak diragukan lagi bahwa pada dua ayat tersebut terdapat kemukjizatan ilmiah, sedangkan pada ayat-ayat Alquran yang lain juga terdapat kemukjizatan-kemukjizatan ilmiah yang hingga kini belum diketahui oleh sains modern. Hal ini makin menguatkan kemukjizatan Alquran itu sendiri.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman: "Dan sungguh, (Alquran) ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam." (QS Asy-Syu'ara: 192) dan "(Alquran) tidak akan didatangi oleh kebatilan, baik dari depan maupun dari belakang (pada masa lalu dan yang akan datang). (Alquran) diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji." (QS Fushshilat: 42). Sesungguhnya, Alquran adalah mukjizat yang kekal abadi sepanjang zaman hingga bumi dan semua orang di atasnya kembali kepada Allah Ta'ala.

Adapun masuk ke langit tidak mungkin dilakukan kecuali melalui suatu pintu yang dibukakan. Sedangkan pergerakan benda-benda angkasa hanya dalam lintasan berupa garis melengkung, tidak lurus.

Inilah yang oleh Alquran disebut uruj (naik ke langit). Itulah sebagian kemukjizatan ilmiah yang terdapat pada firman Allah Subhanahu wa ta'ala: "Dan, kalau Kami bukakan kepada mereka salah satu pintu langit, lalu mereka terus-menerus naik ke atasnya, tentulah mereka berkata, Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang yang terkena sihir." (QS Al Hijr: 14–15)

Allahu a'lam

(Hantoro)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya