Sejarah Perubahan Arah Kiblat ke Kakbah yang Terjadi di Masjid Qiblatain

Hantoro, Jurnalis
Selasa 28 Mei 2024 22:28 WIB
Sejarah perubahan arah kiblat ke Kakbah yang terjadi di Masjid Qiblatain Madinah. (Foto: Kemenag.go.id)
Share :

SEJARAH perubahan arah kiblat ke Kakbah yang terjadi di Masjid Qiblatain dibahas dalam artikel berikut ini. Masjid Qiblatain terletak sekira 7 kilometer di sebelah timur laut Masjid Nabawi dan menjadi tempat ziarah penting bagi kaum Muslimin. 

Awalnya Masjid Qiblatain dikenal dengan nama Masjid Bani Salamah karena dibangun di bekas rumah Bani Salamah. Masjid Qiblatain adalah masjid yang memiliki dua kiblat. Qiblatain artinya dua kiblat.

Kiblat pertama yang menghadap ke Masjid Al Aqsa di Baitul Maqdis (Palestina); dan kiblat kedua yang menghadap ke bangunan suci Kakbah di Masjidil Haram, Kota Makkah, Arab Saudi.

Dilansir laman Arab News, masjid ini dibangun oleh Sawad bin Ghanam bin Kaab pada tahun ke-2 hijriah. Masjid Qiblatain secara historis sangat penting bagi umat Islam karena menjadi tempat turunnya wahyu Alquran kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam untuk mengubah arah kiblat. 

Sejarah Perubahan Arah Kiblat

Konsultan Ibadah PPIH Daker Madinah Profesor Dr KH Aswadi M.Ag menjelaskan ada perbedaan pendapat mengenai waktu perpindahan arah kiblat tersebut.

"Itu tahun ke-2 Hijriah. Jadi, sebagian mufassir menyatakan bahwa itu terjadi di bulan Syakban. Ada yang mengatakan di bulan Rajab. Ada yang mengatakan itu adalah hari Senin. Ada yang mengatakan itu hari Selasa. Ada yang mengatakan Sholat Dzuhur, ada yang mengatakan Sholat Ashar," ujar guru besar UIN Sunan Ampel Surabaya ini.

Ibnu Hajar Al Asqalani dalam kitabnya Fathul Bari menyatakan bahwa itu terjadi saat Sholat Dzuhur. "Pendapat yang paling tepat adalah sholat yang dikerjakan di Bani Salamah pada saat meninggalnya Bisyr bin Barra' bin Ma’rur adalah Sholat Dzuhur. Sedangkan sholat yang pertama kali dikerjakan di Masjid Nabawi dengan menghadap Kakbah adalah Sholat Ashar," terangnya seperti dilansir Kemenag.go.id.

Kisah perpindahan arah kiblat ini bermula ketika Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam mengunjungi ibu dari Bisyr bin Barra' bin Ma'rur dari Bani Salamah yang ditinggal mati keluarganya. Kemudian tibalah waktu sholat. Nabi pun salat bersama para sahabat di sana. 

Dua rakaat pertama masih menghadap Baitul Maqdis, sampai akhirnya Malaikat Jibril menyampaikan wahyu pemindahan arah kiblat. Wahyu datang ketika baru saja menyelesaikan rakaat kedua.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Alquran, "Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi al-Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Allah dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan." (QS Al Baqarah: 144)

Begitu menerima wahyu ini, Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam langsung berpindah 180 derajat, diikuti oleh semua jamaah menghadap Masjidil Haram.

Pada awalnya, kata KH Aswadi, kiblat sholat untuk semua nabi adalah Baitullah di Makkah, seperti tercantum dalam Alquran Surat Ali Imran Ayat 96: "Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk tempat beribadah manusia ialah Baitullah di Makkah yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia."

Sedangkan Al Quds (Baitul Maqdis) ditetapkan sebagai kiblat untuk sebagian dari para nabi dari Bani Israil. Dari Madinah, Baitul Maqdis berada di sebelah utara, sedangkan Baitullah di bagian selatan.

Ketika masih di Makkah, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam sholat menghadap Baitul Maqdis, juga sekaligus menghadap Kakbah. Nabi menghadap ke utara, di mana posisi Kakbah searah dengan Baitul Maqdis.

Perubahan arah kiblat sendiri sudah diinginkan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam, karena selama di Makkah, beliau sholat menghadap ke Baitul Maqdis, bahkan sampai di Madinah pun, beliau masih menghadap ke sana lebih dari setahun.

Namun, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam terus memohon, mencari kepastian dan berharap agar kiblat dipindahkan ke Kakbah, sebagaimana dalam Alquran Surat Al Baqarah Ayat 144, "Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai."

Wallahu a'lam bisshawab

(Hantoro)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya