SEJARAH menikmati sate daging kurban dibahas dalam artikel Okezone Muslim berikut ini. Sate merupakan salah satu makanan favorit masyarakat Indonesia. Sate menggunakan bahan dasar daging, kemudian dibakar dan diberi bumbu sebagai pelengkapnya.
Di Tanah Air cukup banyak ragam sate. Di Jawa Barat terkenal sate maranggi yang menggunakan daging sapi kemudian dipadukan dengan bumbu oncom dan ketan bakar. Ada lagi yang terkenal dan banyak di jual di kota-kota besar yaitu sate madura.
Dalam tradisi umat Islam Indonesia, hari raya Idul Adha menjadi hari yang istimewa. Pasalnya pada hari itu daging kurban melimpah dan dibagikan kepada banyak orang. Banyaknya daging inilah yang dimanfaatkan dengan membakar sate.
Tradisi tersebut dilaporkan sudah belangsung sejak abad ke-19. Kala itu sate diperkenalkan dari pendatang Arab atau Muslim Tamil dan Gujarat dari India. Kemudian dikembangkan di Tanah Jawa dan disebarluaskan ke seluruh Nusantara.
Tradisi nyate dalam momen perayaan Idul Adha dijadikan ajang silaturahmi dengan teman-teman, saudara, hingga keluarga. Ini untuk mempererat tali silaturahmi dan kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat.
Salah satu penjual sate madura di Bekasi mengatakan bahwa tradisi nyate sudah menjadi hal yang biasa, bahkan menjadi hari-hari yang ditunggu masyarakat di Pulau Madura, Jawa Timur.
Di sana biasanya ada pos atau gardu yang dihuni anak-anak muda untuk menjaga keamanan. Nah, biasanya warga memberikan daging hasil kurban kepada para pemuda itu untuk dijadikan sate.
"Kalau tradisi nyate bareng memang sudah ditradisikan sebagai rasa kebersamaan antarwarga," ungkap Aji, penjual sate madura, kepada Okezone.
"Kalau di kampung enaknya nyate bareng-bareng, makan bareng-bareng, kumpul sama teman-teman juga. Asyik sih pokoknya," tambahnya.
Ia mengatakan, makna nyate saat Idul Adha untuk menjalin kebersamaan. Ada yang berkumpul di halaman rumah atau di sebuah lahan untuk membakar sate.
Namun yang pasti, mereka bahu-membahu membuat sate paling lezat. Ada yang meracik bumbu, ada juga yang mengiris daging dan menusuknya menjadi sate. Ini yang menimbulkan kekompakan antarwarga.
Wallahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)