ABU Nawas mendadak didatangi beberapa uturan istana. Baginda Raja menginginkan sosok humoris nan cerdas itu hadir di istana. Mereka mau menanyakan kenapa Abu Nawas menolak perintah Raja ketika hendak diberi jabatan sebagai qadhi atau hakim istana.
"Hai Abu Nawas, kau dipanggil Raja untuk menghadap ke istana," ucap Wazir utusan Baginda Raja seperti dilansir nu.or.id.
"Buat apa Raja memanggilku? Aku tidak ada keperluan dengannya," jawab Abu Nawas dengan nada santai.
"Hai Abu Nawas kau tidak boleh berkata seperti itu kepada Rajamu," tegas Wazir.
"Hai wazir, kau jangan banyak cakap. Cepat ambil ini kudaku dan mandikan di sungai supaya bersih dan segar," kata Abu Nawas sambil menyodorkan sebatang pohon pisang yang dijadikan kuda-kudaan.
Abu Nawas berkelakuan seperti itu agar dianggap tidak waras sehingga Raja tidak lagi memaksanya menjadi qadhi. Wazir hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Abu Nawas.
"Abu Nawas kau mau apa tidak menghadap Raja?" tanya Wazir.
"Katakan kepada Rajamu, aku sudah tahu maka aku tidak mau," kata Abu Nawas.
Wazir kembali bertanya dengan rasa penasaran, "Apa maksudnya Abu Nawas?"
"Sudah pergi sana, bilang saja begitu kepada Rajamu," segera Abu Nawas sembari menyaruk debu dan dilempar ke arah wazir beserta teman-temannya.
Wazir segera menyingkir dari halaman rumah Abu Nawas. Mereka laporkan keadaan Abu Nawas yang seperti tidak waras itu kepada Raja Harun Al Rasyid.
Tapi dengan geram Raja berkata, "Kalian bodoh semua, hanya menghadapkan Abu Nawas kemari saja tidak becus! Cepat pergi sana ke rumah Abu Nawas lagi, bawa dia kemari dengan suka rela ataupun terpaksa."
Wallahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)