JAKARTA - Islam memberikan kebebasan bagi umatnya untuk menjalankan berbagai ibadah, baik yang wajib maupun sunah, dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah tersebut dapat dilaksanakan kapan saja, selama tidak bertentangan dengan hukum syariat. Namun, meskipun peluang ibadah terbuka lebar, setiap amalan tetap harus memiliki dasar hukum yang jelas agar tidak menyimpang dari ajaran agama. Oleh karena itu, umat Islam perlu memastikan ibadah yang dilakukan sesuai dengan tuntunan syariat.
Salah satu ibadah yang sering menjadi perbincangan adalah puasa Rajab. Beberapa kalangan menganggapnya sebagai bidah karena tidak ada dalil spesifik yang menyebutkan anjuran untuk berpuasa di bulan tersebut. Namun, ada juga yang meyakini puasa Rajab tetap sah dan dianjurkan, mengingat puasa pada dasarnya adalah amalan sunah yang bisa dilakukan kapan saja, kecuali pada hari-hari yang diharamkan.
Puasa Rajab
Dilansir dari laman NU Online, Selasa (21/1/2025), pertanyaan tersebut pernah diajukan oleh Utsman bin Hakim kepada Sa’id Ibnu Jubair. Dialog ini diabadikan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih Muslim:
حدثنا عثمان بن حكيم الأنصاري، قال: سألت سعيد بن جبير عن صوم رجب ونحن يومئذ في رجب، فقال: سمعت ابن عباس رضي الله عنهما يقول: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يصوم حتى نقول لا يفطر، ويفطر حتى نقول لا يصوم
“Utsman bin Hakim al-Anshari berkata, ‘Saya pernah bertanya kepada Sa’id Ibnu Jubair terkait puasa Rajab dan kami pada waktu itu berada di bulan Rajab. Said menjawab, ‘Saya mendengar Ibnu ‘Abbas berkata bahwa Rasulullah SAW berpuasa (berturut-turut) hingga kami menduga Beliau SAW selalu berpuasa, dan Beliau tidak puasa (berturut-turut) sampai kami menduga Beliau tidak puasa,’” (H.R Muslim).
Menanggapi hadis ini, Imam An-Nawawi dalam kitabnya Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim memberikan penjelasan:
الظاهر أن مراد سعيد بن جبير بهذا الاستدلال أنه لانهى عنه ولا ندب فيه لعينه بل له حكم باقي الشهور ولم يثبت في صوم رجب نهي ولا ندب لعينه ولكن أصل الصوم مندوب إليه وفي سنن أبي دود أن رسول الله صلى الله عليه وسلم ندب إلى الصوم من الأشهر الحرم ورجب أحدها
“Istidlal yang dilakukan Sa’id Ibnu Jubair menunjukan tidak ada larangan dan kesunahan khusus puasa di bulan Rajab. Hukumnya disamakan dengan puasa di bulan lainnya, sebab tidak ada larangan dan kesunahan khusus terkait puasa Rajab. Akan tetapi hukum asal puasa adalah sunah. Di dalam Sunan Abu Dawud disebutkan Rasulullah SAW menganjurkan puasa di bulan haram (bulan-bulan terhormat). Sementara Rajab termasuk bulan haram.”
Berdasarkan pandangan Imam An-Nawawi ini, puasa di bulan Rajab tetap diperbolehkan dan hukumnya adalah sunah, karena berpegang pada hukum asal puasa itu sendiri. Selain itu, ada hadis dalam Sunan Abu Dawud yang menyatakan, Rasulullah SAW menganjurkan berpuasa di bulan-bulan haram, termasuk bulan Rajab.
Kesimpulannya, puasa Rajab tidak memiliki kesunahan khusus yang spesifik, namun tetap sah dan dianjurkan karena masuk dalam anjuran umum puasa. Selama tidak dilakukan pada hari-hari yang dilarang seperti Idul Fitri dan Idul Adha, puasa Rajab tetap menjadi amalan yang bernilai. Wallahualam
(Erha Aprili Ramadhoni)