JAKARTA - Ada sejumlah keutamaan dari membaca dua ayat terakhir pada Surat Al-Baqarah. Hal ini termasuk sebagai bentuk pengampunan kepada Allah SWT.
Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nur Kholis menjelaskan keutamaan, makna, dan hikmah di balik dua ayat terakhir Surah al-Baqarah, yaitu ayat 285–286.
Nur Kholis mengutip hadis sahih riwayat al-Bukhārī dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda: “Man qara’a bi āyatayn min ākhiri sūrat al-Baqarah fī laylatin kafatahu".
Artinya, “Barang siapa membaca dua ayat terakhir Surah al-Baqarah pada malam hari, maka itu akan mencukupinya.”
Menurut penjelasan Imam al-Nawawī dalam Syarh-nya, kata kafatahu (“mencukupinya”) memiliki tiga makna utama.
"Pertama, membaca ayat ini di malam hari dianggap cukup sebagai bentuk permohonan ampun kepada Allah SWT,"katanya melansir laman Muhammadiyah, Kamis (16/10/2025).
Kedua, ia menjelaskan, ayat ini menjadi sarana memohon penjagaan dan bantuan Allah dalam menghadapi kesulitan.
"Ketiga, bagi yang tidak mampu melaksanakan sholat malam karena suatu sebab, membaca dua ayat ini dapat menggantikan keutamaannya," ucapnya.
Nur Kholis mengajak jamaah tidak hanya membacanya, tetapi juga memahami kandungan ayat agar bacaan tersebut menumbuhkan keyakinan dan ketenangan hati.
Nur Kholis menjelaskan, ayat 285 menegaskan keimanan Rasulullah SAW dan para mukmin kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab, dan rasul-rasul tanpa membedakan satu sama lain.
Menariknya, Allah memisahkan redaksi keimanan Rasulullah (āmana al-rasūlu bimā unzila ilayhi min rabbihi) dengan keimanan orang beriman (wal-mu’minūn). Para mufasir menafsirkan, pemisahan ini menunjukkan perbedaan kualitas iman. Keimanan Rasulullah sempurna dan mutlak, sedangkan keimanan umat masih bertingkat-tingkat.
Ayat ini juga menegaskan sikap para mukmin yang berkata sami‘nā wa aṭa‘nā (“kami mendengar dan kami taat”), berbeda dengan umat sebelumnya yang berkata sami‘nā wa ‘aṣaynā (“kami mendengar dan kami durhaka”).
Nur Kholis menggambarkan betapa beratnya tanggung jawab itu bagi para sahabat, hingga ayat berikutnya hadir membawa keringanan yang menyejukkan hati.
Pada ayat 286, Allah berfirman: “Lā yukallifullāhu nafsan illā wus‘ahā”, yang artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
Nur Kholis menjelaskan, ayat ini menjadi penutup yang melegakan para sahabat. Ia menegaskan, Islam adalah agama yang mudah, sebagaimana sabda Rasulullah Saw: “Inna al-dīna yusrun” (Sesungguhnya agama ini mudah).
Kemudahan ini tampak pada berbagai aspek syariat. Misalnya, puasa Ramadan yang wajib dapat diganti dengan fidyah bagi orang tua renta yang tak mampu berpuasa. Demikian pula ibadah haji yang mensyaratkan istiṭā‘ah (kemampuan). Jika seseorang memiliki biaya namun tidak sehat secara fisik maka kewajiban hajinya gugur demi menjaga kemaslahatan.
Nur Kholis mengajak jamaah untuk membaca dua ayat terakhir Surar al-Baqarah setiap malam, sebagaimana anjuran Rasulullah SAW.
Wallahualam
(Erha Aprili Ramadhoni)