Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kisah Rasis di Zaman Nabi, Sungguh Allah Sangat Membencinya

Dewi Kania , Jurnalis-Sabtu, 24 Agustus 2019 |01:19 WIB
Kisah Rasis di Zaman Nabi, Sungguh Allah Sangat Membencinya
Ilustrasi Bilal bin Rabah sang muadzin yang jadi korban rasis di zaman Rasulullah (Foto: Shutterstock)
A
A
A

Dijelaskan dalam "Buku Pintar Sains Dalam Alquran" karya Dr Nadiah Thayyarah, para ilmuwan mengatakan bahwa di dalam kulit, tepatnya di bawah epidermis, terdapat sel-sel kulit yang bernama sel-sel araknoid. Itu menyerupai sarang laba-laba dan pada sisi-sisinya membentang selaput-selaput tipis.

Jumlah sel-sel ini di setiap inchi mencapai 60.000 sel. Walau ada perbedaan warna kulit, sesungguhnya tak ada perbedaan dalam jumlah sel antara yang berkulit putih dengan yang berkulit hitam. Karena jumlah sel-sel dalam tubuh manusia berkulit putih dan berwarna bersifat konstan.

Sementara itu, perbedaan warna di antara kulit itu timbul akibat ketebalan bahan-bahan pewarnanya. Bahan pewarna inilah yang disebut dengan melanin. Kadar bahan pewarnanya ini ditentukan oleh faktor genetik pada inti sel.

Lalu apa hubungan antara warna dengan permukaan kulit? Salah satu faktornya adalah kulit menyerap cahaya ultraviolet yang berbahaya, seperti yang dialami oleh orang Indonesia. Karena disebutkan bahwa cahaya matahari di Garis Khatulistiwa bentuknya vertikal. Artinya, manusia akan menyerap sinar ultraviolet lebih nyaman, sehingga kulit orang Indonesia cenderung memiliki warna yang gelap. Dari penjabaran dalam ayat Alquran, setiap manusia harus saling menghargai. Tak peduli apa warna kulitnya, bagaimana kondisi fisiknya, karena manusia diciptakan berbeda oleh Allah.

(Muhammad Saifullah )

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement