Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Mimpi Bertemu Nabi, Khalifah Harun ar-Rasyid Naik Haji Jalan Kaki

Mimpi Bertemu Nabi, Khalifah Harun ar-Rasyid Naik Haji Jalan Kaki
Sang Khalifah berjalan kaki menyusuri ganasnya padang pasir (Foto: The Independent)
A
A
A

Khalifah Harun ar-Rasyid merupakan seorang khalifah satu-satunya dari Dinasti Abbasiyah yang pernah berjalan kaki dari Kota Baghdad menuju Kota Makkah untuk melakukan ibadah Haji.

 Sang Khalifah pergi ke Makkah

Diceritakan pada suatu malam, Khalifah Harun ar-Rasyid bermimpi bertemu Baginda Rasulullah SAW.

“Wahai Harun, sungguh seluruh keputusan telah menjadi tanggung jawabmu, maka berhajilah dengan berjalan kaki kemudian berperanglah untuk menegakkan agama Allah, berilah kelapangan bagi penduduk Haramain (Makkah dan Madinah).”

Maka atas mimpi tersebut, esoknya Khalifah Harun ar-Rasyid berangkat Haji dengan berjalan kaki. Sang Khalifah mengunjungi satu persatu kota saat menuju Kota Makkah. Sang Khalifah tidak singgah di sebuah kota dalam perjalanan hajinya kecuali seluruh penduduk kota akan mengagungkannya berkat keadilan sang Khalifah yang sangat terkenal.[]

M. Tholhah Al-Fayyad, alumni Mutakhorrijin Madrasah Hidayatul Mubtadiin menceritakan, atas perintah Rasulullah akhirnya Khalifah Harun ar-Rasyid menunaikan ibadah haji dengan berjalan kaki. Perjalanan haji Sang Khalifah bertepatan dengan tahun 188 Hijriah dan merupakan haji terakhir bagi Sang Khalifah dalam hidupnya.

Saat berjalan kaki menyusuri ganasnya padang pasir, bertemulah Khalifah Harun ar-Rasyid dengan seorang wali besar bernama Imam Fudhoil bin Iyadh.

Imam Fudhoil bin Iyadh kemudian berkata pada Sang Khalifah, Wahai Khalifah yang terlihat indah wajahnya, engkau nanti akan dimintai tanggung jawab atas umat Islam, takut lah engkau akan hari di mana diceritakan dalam Alquran

إذ تبرأ الذين اتبعوا من الذين اتبعوا ورأوا العذاب وتقطعت بهم الأسباب

“(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti berlepas tangan dari orang-orang yang mengikuti, dan mereka melihat azab, dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus.”

Maka seketika itu juga, Khalifah Harun ar Rosyid menangis tersedu-sedu. Terlihat basah janggut putihnya.

Begitu juga dengan Sang Sufi Imam Fudhoil bin Iyadh pun ikut hanyut dalam isak tangis. Setelah beberapa waktu, keduanya pun memutuskan untuk berpisah.

“Seandainya aku diberi kesempatan untuk meraih doa yang mustajabah, niscaya akan kupersembahkan seluruh doaku untuk Khalifah Harun ar-Rasyid”

“Karena dengan baiknya Sang Khalifah niscaya akan baik seluruh keadaan rakyat, begitu juga ketika Sang Khalifah dan rakyat terjaga kebaikannya niscaya akan tentramlah seluruh hamba Allah dan amanlah negara ini,” ujar Imam Fudhoil bin Iyadh dalam akhir perjumpaannya dengan sang Khalifah.

Seperti dilansir website Ponpes Lirboyo, usai melaksanakan rangkaian ibadah haji. Sampailah waktunya bagi Sang Khalifah untuk kembali melayani rakyat di Ibu Kota Baghdad.

Saat perjalanan pulangnya dari Tanah Suci, lewatlah rombongan besar Sang Khalifah di Kota Kuffah.

Dikisahkan, di kota tersebut terdapat seorang wali agung yang terkenal aneh (jadzab) bernama Bahlul al-Majnun. Kemudian, bertemulah Sang Khalifah dengan Sang Sufi Bahlul al-Majnun.

“Wahai Sufi berilah aku nasihat,” pinta sang Khalifah, Sang Sufi pun menyenandungkan sebuah syair yang sangat menyentuh,

“Bangunlah, bukankah Engkau telah merajai segenap penjuru bumi,”

“Telah merunduk kepadamu hamba Allah, mengapa hal itu terjadi?”

“Bukankah esok hari, liang lahat adalah tempatmu kembali,”

“Dan akan mengubur jasadmu, debu-debu yang berterbangan ini.”

“Sungguh benar engkau wahai Bahlul, adakah petuah lain untukku?,” ujar Sang Khalifah dengan penuh takdzim.

“Wahai pemimpin umat, ingatlah barang siapa yang diberikan Allah harta dan keindahan, kemudian ia menjaga keindahannya dan mengawasi ke mana dan dari mana hartanya datang, niscaya Allah tuliskan ia dalam catatan orang-orang yang beruntung”.

Khalifah Harun ar-Rasyid merasa beruntung diberi nasihat oleh Bahlul, Sang Sufi.

“Terima kasih banyak, sungguh kami ingin melunasi hutangmu dengan hadiah yang kami bawa,” ujar Sang Khalifah.

“Tak usah engkau lakukan wahai Amirul Mukminin, kembalikan setiap hak kepada pemiliknya, lunasilah hutang kewajiban dirimu atas apa yang Allah berikan kepadamu,” seru Sang Sufi.

“Kami sangat ingin memberikanmu sebagian dari harta yang kami miliki agar engkau merasa senang dengan hadiah tersebut,” rayu Sang Khalifah.

“Jangan lakukan hal itu wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah SWT memberikanmu banyak nikmat dan tak lupa Allah juga memberikan hal yang sama kepadaku. Aku telah bersyukur diberikan nikmat hidup oleh Allah, berpalinglah tak ada kebutuhan sedikit pun bagi diriku atas hadiah darimu,” ujar Sang Sufi.

“Baiklah, terimalah hadiah seratus dinar dari kami,” bujuk Sang Khalifah.

“Kembalikanlah harta tersebut kepada setiap orang yang berhak mendapatkannya, apa yang bisa kulakukan dengan uang sebesar itu? Berpalinglah sungguh kau telah meremehkan Dzat yang selalu memberikanku nikmat,” jawab Sang Sufi menolak tegas.

Maka berpalinglah Sang Khalifah Harun ar-Rasyid dan kini ia mendapatkan pelajaran dari seorang sufi seperti Bahlul al-Majnun yang mampu melepaskan jeratan dunia dari hatinya.

Sungguh cerita yang indah, di mana seorang pemimpin memuliakan dengan hormat seorang Ulama. Begitu juga, sungguh mulia seorang ulama yang begitu mencintai pemimpinnya bahkan mau memberikan nasehat tanpa imbalan sedikit pun.

Rupanya Rasulullah menyuruh Khalifah Harun ar-Rasyid naik haji dengan berjalan kaki agar Sang Khalifah mendapatkan banyak pelajaran hidup dalam perjalanannya.

Ia mendapatkan begitu banyak ilmu dengan bertemu para sufi dalam perjalanannnya. Sungguh Allah telah mengatur segala sesuatunya, tak ada yang kebetulan di muka bumi ini!

(Dyah Ratna Meta Novia)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement