DALAM kehidupan sehari-hari sering ditemukan kata “kafir” dijadikan sebagai bahan olok-olokan. Penggunaan kata kafir tersebut tidak hanya disampaikan kepada non muslim, namun acap kali dilontarkan kepada sesama umat muslim.
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Bahauddin Nursalim (Gus Baha) mencontohkan, ada yang memegang nisan sambil mengucapkan kalimat tauhid Laa ilaha illaallah, lalu sebagian orang mengatakannya kafir.
"Ada kelompok yang mengatakan gara-gara kalimat Laa ilaha illaallah dan pegang patok nisan itu orang menjadi kafir. Ini jadi paradoks," ujarnya saat mengisi Istighosah di halaman Kantor PBNU, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Padahal, kata Gus Baha, lafal yang termasuk tahlil itu jika dilafalkan maka dapat menghapuskan dosa-dosa manusia. Misalnya, seseorang sudah 70 tahun jadi kafir, kemudian ia membaca kaliamat syahadat, maka orang itu akan menjadi Muslim dan otomatis segala dosanya terdahulu akan diampuni. Jadi kalimat tauhid itu sebenarnya penggugur kekafiran.
Gus Baha menambahkan, ulasan kalimat tauhid sebagai penggugaran status kafir tersebut disetujui oleh semua ulama tanpa kecuali sedikitpun (biijmail ulama). Pandangan tersebut termaktub di dalam Alquran Surat al-Anfal ayat 38.
Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran