Kepala Subdirektorat Pendidikan Diniyah dan Mahad Aly Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Aceng Abdul Aziz mengatakan, paparan radikalisme di pondok pesantren itu relatif sedikit. Sebab para santri biasanya diajarkan untuk menjunjung nilai-nilai kemanusiaan dan nasionalisme.
"Saya kira nilai-nilai kemanusiaan yang diajarkan di pesantren dan ajaran untuk menerima perbedaan yang membuat para santri bisa bersikap toleran," kata Aceng usai diskusi Masa Pendidikan Era Jokowi Jilid II di Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (24/10/2019).

Ini, terang Aceng, artinya pendidikan karakter para santri di pesantren itu sangat penting. "Rasa toleransi yang tinggi di pesantren diajarkan oleh para kiai dan ustadz."
Oleh karena itu sedikit sekali pesantren yang terpapar radikalisme. "Kalau pun ada pesantren yang terpapar radikalisme, itu karena adanya paham-paham yang lain."
Di pesantren itu biasanya diajarkan tentang berbagai macam mahzab. Makanya para santri harus toleran dengan perbedaan mahzab tersebut.
Aceng menjelaskan, di pesantren para santri juga diajarkan untuk bersikap kritis. Mereka juga diajarkan bersosialisasi dengan baik dengan sesama umat manusia.
Santri memang sudah sewajarnya bersikap toleran sebab pertama kali mereka masuk pondok pesantren mereka dihadapkan oleh banyak teman dari berbagai macam suku, daerah, juga golongan. Ini membuat mereka harus belajar toleransi.

(Dyah Ratna Meta Novia)