Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Khutbah Sholat Id: Idul Fitri dan Kebangkitan Melawan Covid-19

Novie Fauziah , Jurnalis-Sabtu, 23 Mei 2020 |13:28 WIB
Khutbah Sholat Id: Idul Fitri dan Kebangkitan Melawan Covid-19
A
A
A

Kaum muslimin dan muslimat yang dirahmati dan dimuliakan Allah

Suasana Idul Fitri 1441 H berbeda dengan suasana idul fitri sebelumnya. Walaupun sama-sama dilaksanakan sesudah berpuasa di bulan Ramadhan, tetapi tingkat kemeriahan dan ritualitas yang menyertainya berbeda. Kini tak ada lagi takbir keliling dengan suara beduk yang bertalu-talu, mudik dengan bermacet ria, salam-salaman antar anggota keluarga, kerabat dan sahabat, ziarah ke makam keluarga, halal bihalal dengan kerabat dan kawan sejawat dan sebagainya. Semuanya karena wabah Covid-19.

Dalam suasana yang penuh dengan keprihatinan ini, marilah kita bersama-sama mengambil pelajaran dari Covid-19, makluk ciptaan Allah Swt yang sekarang menjadi musuh bersama umat manusia dan belum ditemukan vaksin untuk mengobatinya. Covid-19 sejak muncul di Wuhan China akhir 2019, telah mempora porandakan pada hampir semua sektor kehidupan manusia. Sehingga, mau tidak mau, suka tidak suka kita harus menghindarinya. Jika tidak maka kita akan menjadi korban berikutnya.

Terhadap wabah Covid-19 ini, kita diperintahkan oleh Allah untuk bersabar, ikhtiar dan tawakal. Sehingga pada akhirnya menambah keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Swt. Rasulullah SAW bersabda: "Perkara orang mukmin itu mengagumkan. Sesungguhnya semua perihalnya baik dan itu tidak dimiliki seorang pun selain orang mukmin; bila tertimpa kesenangan, ia bersyukur dan syukur itu baik baginya, dan bila tertimpa musibah, ia bersabar dansabar itu baik baginya." (HR. Bukhari Muslim).

Ikhtiar harus dilakukan dengan penuh kesungguhan. Sebab, ikhtiar akan menentukan sejauhmana perjuangan yang telah kita lakukan. Firman Allah Swt :

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (QS Ar Ra’du 11).

Setelah berikhtiar dengan sungguh-sungguh, kita bertawakal kepada Allah Swt.

وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

“… Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal. (QS. Al Imran 59)

Allahu Akbar, Allahu Akbar, La ilaha Illa Allah, Allahu Akbar, Wa Lillahi ‘l-Hamd

Kaum muslimin dan muslimat yang dirahmati dan dimuliakan Allah

Ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik dari wabah Covid-19 yang telah dijadikan bencana nasional ini.

Pertama, Musibah Covid-19 mendidik jiwa dan menyucikannya dari dosa dan kemaksiatan.

وَمَآأَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا عَن كَثِيرٍ0

"Apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (QS asy Syura: 30)

Kedua, Manusia menjadi lebih dekat dengan Allah, sebagaimana firmanNya :

وَإِذَآ أَنْعَمْنَا عَلَى اْلإِنسَانِ أَعْرَضَ وَنَئَا بِجَانِبِهِ وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ فَذُو دُعَآءٍ عَرِيضٍ51

"Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdo'a." (QS Fushilat ; 51)

Ketiga, Merupakan indikasi bahwa Allah menghendaki kebaikan. Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw : "Barang siapa yang dikehen-daki oleh Allah kebaikan maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya." (HR al Bukhari). Seorang mukmin meskipun hidupnya sarat dengan ujian dan musibah namun hati dan jiwanya tetap sehat.

Keempat, Mengikis sikap sombong, ujub dan besar kepala. Jika seorang hamba kondisinya serba baik dan tak pernah ditimpa musibah maka biasanya ia akan bertindak melampaui batas, lupa awal kejadiannya dan lupa tujuan akhir dari kehidupannya. Akan tetapi ketika ia ditimpa sakit, mengeluarkan berbagai kotoran, bau tak sedap, dahak dan terpaksa harus lapar, kesakitan bahkan mati, maka ia tak mampu memberi manfaat dan menolak bahaya dari dirinya.

Dia tak akan mampu menguasai kematian, terkadang ia ingin mengetahui sesuatu tetapi tak kuasa, ingin mengingat sesuatu namun tetap saja lupa. Tak ada yang dapat ia lakukan untuk dirinya, demikian pula orang lain tak mampu berbuat apa-apa untuk menolongnya. Maka apakah pantas baginya menyombongkan diri di hadapan Allah dan sesama manusia?

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement