WAWASAN moderat diperlukan bagi seorang Muslim agar mampu menerjemahkan Islam rahmatan lil ‘alamin sesuai tuntutan Rasulullah SAW dan salaful shalih, serta selamat dari ajaran radikal.
Para santri Pondok Pesantren Sabilurrahim, Mekarsari, Cileungsi, Bogor, dituntu memiliki sikap demikian.
Baca juga: Tiga Rumah yang Tidak Akan Dimasuki Malaikat
Nabi Muhammad bersabda, “Sesungguhnya ajaran Islam itu pada dasarnya memudahkan, memberikan solusi yang melegakan, menghargai perbedaan serta memahami keterbatasan manusia. Karena itu Nabi Muhammad saw mengingatkan umatnya bahwa “agama itu mudah, dan tidaklah seseorang itu mempersulit agamanya, melainkan ia sendiri yang akan kerepotan.” (H.R. al-Bukhary, an-Nasai, dan al-Baihaqy)
Pondok Pesantren Sabilurrahim KH Cep Herry Syarifuddin mengulas ciri-ciri Muslim yang menjalankan ajaran Islam yang moderat seperti dikutip dari jaringansantri.com, sebagai berikut:
1. Beragamanya gampang, tidak mempersulit, tidak ribet.
contoh sederhananya, seorang Muslim yang moderat tidak memaksakan diri atau orang lain untuk memakai cadar. Karena cadar itu sendiri sudah ada sebelum datangnya Islam ke jazirah Arab. Lagi pula jika mayoritas daerah itu tidak bercadar, lalu memaksakan diri untuk bercadar, maka hukumnya makruh (tidak disukai).
3. Beragamanya luwes , flexibel, tidak kaku.
Dalam prakteknya, seorang Muslim yang moderat itu tidak boleh memusuhi perayaan tahun baru Masehi. Karena baik tahun baru Islam (yang perhitungannya berdasarkan perjalanan bulan) dan tahun baru Masehi (yang perhitungannya berdasarkan perjalan matahari) kedua-duanya adalah ketentuan Allah. Asalkan merayakannya tidak dengan perilaku yang berlebih-lebihan atau mengandung kemaksiyatan.
4. Toleran, menerima dan menghargai perbedaan pendapat, perbedaan keyakinan, perbedaan golongan, suku dan bahasa.
Muslim yang moderat itu harus menghargai perbedaan pendapat di kalangan ulama, tidak menyalahkan orang lain yang berbeda pendapat dengannya, dan tidak merasa benar sendiri. Contoh menghargai perbedaan pendapat tentang boleh/tidaknya mengucapkan selamat natal kepada orang Kristen dan semacamnya. Yang membolehkan pegucapan tersebut beralasan sebagai etika sosial, tanpa disertai keridhaan akan kesesatan mereka, sedangkan yang melarang itu beralasan takut tergolong meridhai kesesatan mereka.
5. Pemikirannya bijaksana, tidak hitam-putih alias tidak ada kompromi.
Maka Muslim yang moderat harus meluaskan cakrawala pemikirannya dengan banyak membaca, banyak berguru, banyak bergaul, serta banyak dialog, sehingga tidak aneh atau tidak kagetan dengan perbedaan pendapat, perbedaan cara pandang, sikap, maupun tradisi yang beraneka ragam. Dengan begitu akan lahir kearifan dan kedewasaan intelektual. Tidak mudah memvonis seseorang bersalah, tidak memberikan solusi yang mempersulit orang atau mengajarkan sikap dan praktek beragama yang eksklusif, kaku, dan terlalu ketat.
6. Tidak berlebih-lebihan dalam beragama, sewajarnya saja.
Muslim yang moderat selalu menerapkan ajaran agama sewajarnya, sesuai dengan ketentuan yang berlaku, tidak berlebih-lebihkan dalam segala hal, baik makan minum, berpakaian, beribadah, belajar, berpolitik, mengidolakan seseorang dan lain sebagainya. Karena sesungguhnya ALLAH SWT tidak suka dengan orang yang berlebih-lebihan. (Q.S.al-An’am : 141)