NABI Daud Alaihissalam adalah salah satu Nabi wajib diketahui di antara 25 Nabiyallah lainnya. Ia adalah garis keturunan ke-12 dari Nabi Ibrahim dan menjadi nabi-nabi paling utama di kalangan Bani Israil.
Dilansir dari laman Suara Muhammadiyah, Selasa (16/6/2020), dari sekian banyak cerita ada salah satu kisah menarik yang dialami oleh Nabi Daud, yakni antara ia dan seekor ulat.
Baca juga: Rekomendasi 4 Wisata Religi Islami di Jakarta
Nabi Daud dikenal sebagai panutan karena sosoknya yang disiplin. Dalam kesehariannya, ia membagi waktu menjadi empat bagian, yaitu untuk mengkaji ilmu bersama kaum Bani Israil untuk beribadah di mihrab, pengadilan, dan untuk berkumpul kepada keluarga.
Selain itu, suara Nabi Daud juga dikenal sangat merdu bahkan burung-burung pun ikut melantunkan zikir bersamanya, yakni membaca kitab Zabur. Namun ketika Nabi Daud sedang duduk di rumah ibadah, ia melihat seekor ulat merah melintas di tanah.
"Apa yang dikehendaki Allah dengan ulat ini?" ujar Nabi Daud berkata kepada dirinya sendiri.
Atas izin Allah, ternyata ulat tersebut dapat berbicara dengan bahasa manusia untuk menjelaskan tentangnya (ulat merah) kepada Nabi Daud yang sudah melihatnya.
"Wahai Nabiyallah, apabila siang datang, Allah mengilhamkan kepadaku untuk membaca: Subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaaha illallah wallaahu akbar, sebanyak seribu kali. Dan jika malam datang, Allah mengilhamkan kepadaku untuk membaca: Allahumma shalli ‘alaa Muhammad an nabiyyil ummiyyi wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam, sebanyak seribu kali..." kata ulat merah itu.
Mendengar pernyataan ulat merah itu, Nabi Daud pun terkesima dan tidak menyangka jika serangga kecil itu selalu berzikir kepada Allah. Kemudian, ulat tersebut bertanya kepada Nabi Daud:
"Lalu engkau ya Nabiyallah, apa yang akan engkau katakan agar aku memperoleh faedah darimu?" tambahnya.
Nabi Daud pun langsung menangis, bersimpuh dan memohon ampun kepada Allah karena ia telah meremehkan ulat merah itu. Ia takut jika Allah menghendekai sesuatu, sebab telah memandang kecil ulat yang mana juga makhluk hidup ciptaan Allah.
Kesimpulan dari kisah di atas adalah, bahwasannya sebagai manusia jangan pernah memandang rendah atau menganggap remeh terhadap suatu hal. Islam merupakan agama yang toleran, dan tidak pernah membedakan satu sama lainnya.
(Salman Mardira)