Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Bagaimana Hukum Memakai Kalung dalam Islam?

Novie Fauziah , Jurnalis-Senin, 06 Juli 2020 |16:07 WIB
Bagaimana Hukum Memakai Kalung dalam Islam?
Kalung antivirus dari bahan eucalyptus buatan Kementan RI (Foto: Kementan)
A
A
A

MASYARAKAT digegerkan dengan penemuan kalung antivirus berbahan dasar eucalyptus yang diklaim dapat memusnahkan virus corona atau Covid-19. Benda tersebut diproduksi oleh Kementerian Pertanian (Kementan) RI.

"Ini sudah dicoba. Jadi ini bisa membunuh, kalau kontak 15 menit dia bisa membunuh 42 persen dari corona. Kalau dia 30 menit maka dia bisa 80 persen," ujar Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo di kantor Kementerian PUPR, Jumat 3 Juli 2020.

Lalu bagaiamana sebenarnya hukum memakai kalung yang diyakini memiliki khasiat, seperti kalung antivirus menurut pandangan Islam?

Wakil Ketua Majelis Dakwah dan Pendidikan Islam (Madani) Ustadz Ainul Yaqin mengatakan, terkait memakai kalung yang diyakini memiliki khasiat. kembali ke masing-masing pemakainya. Apabila nantinya menjadi musyrik maka hal itu bisa menjadi haram.

“Jika dia meyakini dalam hati bahwa itu berkhasiat dan dapat menduakan Allah, maka itu bisa dikatakan sebagai syirik,” katanya saat dihubungi Okezone, Senin (6/7/2020).

Baca juga: Uni Emirat Arab Targetkan 200 Imam Masjid Asal Indonesia

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah (berbuat syirik), maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar,” (QS. An-Nisa: 48).

Ayat di atas menerangkan, jika meyakini benda dapat memberikan khasiat lebih, maka bisa menjadi syirik atau menduakan Allah. Hal ini sudah jelas hukumnya adalah haram, dan jadi salah satu perbuatan zalim dan dilaknat.

Ustadz Ainul Yaqin melanjutkan, segala sesuatu yang disebut dengan ikhtiar haruslah melibatkan Allah di dalamnya. Sebab manusia hanya dapat berusaha, bukan yang menentukannya. Allah subhanawataala berfirman dalam Surah Yunus:

وَإِن يَمْسَسْكَ ٱللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُۥٓ إِلَّا هُوَ ۖ وَإِن يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَآدَّ لِفَضْلِهِۦ ۚ يُصِيبُ بِهِۦ مَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦ ۚ وَهُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ

Artinya: “Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (QS. Yunus: 107).

“Semua hanya ikhtiar semata-mata mengharapkan perlindungan Allah Ta'ala dan tidak menyekutukan Allah,” tuturnya.

Sebagaimana riwayat berikut:

وروينا في سنن أبي داود ، والترمذي ، عن عمرو بن شعيب ، عن أبيه ، عن جده ، " أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يعلمهم من الفزع كلمات : أعوذ بكلمات الله التامة من غضبه وشر عباده ، ومن همزات الشياطين ، وأن يحضرون " ، وكان عبد الله بن عمرو يعلمهن من عقل من بنيه ، ومن لم يعقل كتبه فعلقه عليه. قال الترمذي حديث حسن.

Artinya: “Sebuah hadits diriwayatkan oleh Sunan Abu Dawud dan At-Turmudzi dari Amr bin Syu‘aib, dari bapaknya, dari kakeknya bahwa mengajarkan mereka sejumlah kalimat ketika rasa takut mencekam. ‘Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari murka-Nya, kejahatan para hamba-Nya, dan godaan setan. Aku pun berlindung kepada-Nya dari kepungan setan itu.’

Abdullah bin Amr mengajarkan kalimat ini kepada anak-anaknya yang sudah bisa mengerti pelajaran. Kepada anak-anak balitanya yang belum bisa menangkap pelajaran, Abdullah menulis kalimat (yang diajarkan Rasulullah SAW) itu, lalu menggantungkannya di tubuh mereka. Imam At-Turmudzi mengatakan, hadits ini hasan,” (Imam An-Nawawi, Al-Adzkar Al-Muntakhabah min Kalami Sayyidil Abrar, Mesir, Darul Hadits, tahun 2003 M/1424 H, halaman 102).

“Kembali lagi sebenarnya, semua bergantung pada niat dan tujuan. Namun detailnya tetap harus berhati-hati dalam menyikapinya, selalu gantungkan ikhtiar dan niatan kepada Allah agar berkah dan diridhoi-Nya,” terang dia.

Baca juga: Istri Andre Taulany Mengutip Hadits tentang Dosa Memutus Silaturahmi

"Alangkah lebih bijak jikapun secara ilmiah berimplikasi memberikan efek positif pada kesehatan, harus kita yakinkan semuanya berasal dan atas izin Allah SWT, bukan tiba-tiba hanya berasal dr bendanya tapi semua Allah yang memberikan," tutup Ustadz Ainul.

(Rizka Diputra)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement