Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Islam Sudah Ada di Amerika Sebelum Columbus Datang

Islam Sudah Ada di Amerika Sebelum Columbus Datang
Ilustrasi masjid di Amerika. (Foto: Istimewa/5pillarsuk)
A
A
A

BERBAGAI hal tentang ajaran Islam terus dibahas kalangan Muslimin di Amerika Serikat. Mulai syariat yang ditetapkan hingga sejarah perkembangannya. Hal itu sebagaimana mengemuka dalam diskusi virtual mengenai Islam di Negeri Paman Sam yang diadakan pada 4 Juli 2020. Kegiatan ini diselenggarakan bertepatan dengan hari jadi ke-244 tahun Amerika Serikat. Dua pembicara dengan pengalaman berbeda tentang Amerika memaparkan penilaian masing-masing.

Ketika Amerika Serikat berusia 244 tahun, Program Pembibitan Penghafal Alquran (PPPA) ingin mencari tahu bagaimana Islam di sana. Lembaga dakwah di Indonesia itu mengundang dua pembicara: Hilman Fauzi dan Shamsi Ali, dalam diskusi virtual akhir pekan lalu.

Baca juga: Hukum Berkurban dengan Hewan yang Sedang Hamil 

Sering disebut ustadz muda, Fauzi kerap menjadi penceramah dan pembawa acara keislaman di televisi. Ia mulai tinggal di Amerika pada 2006 sebagai pelajar. Sepuluh tahun kemudian, Fauzi kembali untuk bersafari dakwah, berturut-turut pada 2016 dan 2017.

Ia mengatakan, pengalaman belajar dan berdakwah di Amerika Serikat membekalinya kepercayaan diri untuk menghadapi tantangan apa pun dalam berdakwah.

Di Amerika Serikat, Fauzi berdakwah untuk warga negara Indonesia. Hanya sedikit orang Amerika yang hadir, dan kebanyakan adalah pasangan diaspora Indonesia.

"Jadi tidak langsung bisa berdialog secara keagamaan dengan orang-orang yang berbeda keyakinan," kata Hilman Fauzi, seperti dikutip dari VOA, Senin (13/7/2020).

Berdasarkan pengalamannya, Fauzi mencatat tiga karakter orang Amerika. Pertama, sangat kritis. Sikap ini sempat menghentak Fauzi. Pada sisi lain, ia mendapati orang Amerika mudah menerima argumentasi kalau bisa memahami apa yang disampaikan.

"Dari situ saya melihat bahwa berangkat pertanyaannya bukan dari apa, tetapi kenapa? Jadi sangat fundamental," jelas Fauzi.

Karakteristik kedua, lanjut dia, orang Amerika tidak mempertanyakan legalitas yang cenderung menghakimi orang lain, melainkan berdiskusi, mempertanyakan “bagaimana”, sehingga melihat isu dari berbagai "kacamata". Menurut Fauzi, ini menyadarkan untuk tidak memaksakan satu penilaian kepada orang lain.

Karakteristik ketiga, kata Fauzi, menjunjung toleransi.

Baca juga: Bolehkah Wanita Haid Membaca Alquran? 

Sebelum berangkat ke Amerika, Fauzi mengaku dibayangi hal tidak menyenangkan akan sikap orang terhadap Muslim. Setelah beberapa kali ke Amerika, ia mendapati orang Amerika sangat terbuka.

Fauzi ingat di Washington, Philadelphia, dan Phoenix melihat banyak gereja yang dibuka untuk Sholat Jumat. Ia mengaku rindu melihat toleransi seperti itu.

Ilustrasi Muslim di Amerika Serikat. (Foto: Istimewa)

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement