Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Benarkah Ada Amalan Puasa 1 Muharram?

Saskia Rahma Nindita Putri , Jurnalis-Kamis, 20 Agustus 2020 |00:12 WIB
Benarkah Ada Amalan Puasa 1 Muharram?
Puasa Muharram (Foto: Shutterstock)
A
A
A

Bulan Muharram merupakan bulan pertama tahun Hijriyah. Bulan ini memiliki keistimewaan yang tak bisa dilewatkan begitu saja oleh umat muslim. Di antara keistimewaan bulan Muharram adalah termasuk salah satu bulan yang suci.

Karenanya, kaum Muslimin tentunya tak ingin ketinggalan dan bahkan berlomba-lomba untuk mengamalkan segala anjuran di Bulan Muharram. Namun, perlu berhati-hati karena dalam mengerjakan ibadah sunah harus dipastikan bersumber dari hadits yang shahih. Hal ini dipertegas oleh Buya Yahya dalam salah satu dakwahnya.

“Banyak riwayat-riwayat yang disusupkan kepada Islam tetapi tidak benar, namun banyak dipegangi oleh hamba-hamba Allah, termasuk puasa akhir tahun dan awal tahun,” kata Buya.

Diperjelas kemudian, dirinya mendengar sebuah riwayat yang mengatakan bahwa berpuasa di akhir tahun yakni 30 Dzulhijjah dan dilanjutkan pada tanggal 1 Muharram maka pahalanya seperti beribadah 50 tahun. Selain itu, terdapat pula anjuran membaca ayat kursi yang diawali dengan bismillah 360 kali dan menulis basmallah 113 kali.

Terkait hal ini, Buya menegaskan bahwa riwayat tersebut jelas merupakah fitnah, karena penentuan awal dan akhir tahun dalam kalender Hijriyah baru diputuskan di zaman kekhalifahan Umar bin Khattab, bukan dari zaman Nabi Muhammad SAW.

“Ini jelas bohong riwayatnya, awal tahun dan akhir tahun itu menentukannya dari zaman Umar bin Khattab, bukan pada zaman Nabi,” tegas Buya. “Kalau untuk amalan bulan Muharram cukup hadits shahih yang berbunyi, “puasa yang paling bagus setelah Ramadhan adalah puasa di Bulan Muharram.” Ini sudah cukup.”

Adapun adanya tambahan anjuran seperti membaca ayat kursi atau bacaan lainnya tidak menjadi masalah asalkan tidak dinisbatkan kepada Nabi Muhammad SAW. Jadi hukumnya hanya anjuran baik, bukanlah sunnah karena bukan Nabi Muhammad SAW yang mencontohkan. “Kalau cuma menganjurkan saja tidak apa-apa, bagus. Asalkan jangan dinisbatkan kepada Nabi. Itu dusta, tidak boleh,” tambahnya.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement